Bisnis.com, JAKARTA - Selama pandemi virus corona (Covid-19), kinerja pasar modal global dan domestik terkoreksi cukup dalam. Koreksi ini membuat sekelompok investor pemula panik.
CEO Jagartha Advisors FX Iwan mengungkapkan sejak awal 2020, pasar modal Indonesia mengalami tekanan yang menyebabkan penurunan beruturut-turut selama kuartal I/2020 yakni sebesar 5,71 persen.
Iwan mengungkapkan bahwa penurunan pada pasar modal tersebut tentunya memberikan prospek yang positif bagi investor yang baru mulai akan berinvestasi karena dihadapkan pada harga-harga saham yang lebih murah dan potensi untuk naik kembali ketika kondisi berangsur membaik di waktu ke depan.
“Sebelum melakukan investasi, sangat penting bagi calon investor pemula untuk mengetahui tujuan investasinya dan juga profil risiko dari calon investor sendiri,” katanya baru-baru ini.
Belajar dari kejadian krisis pada 1997-1998 dan 2008 lalu, harga-harga saham akan terjadi perbaikan ketika pemulihan ekonomi sudah terjadi. Jadi, calon investor pemula dengan tujuan investasi jangka panjang dapat menggunakan momentum saat ini untuk mengakuisisi kelas aset yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
Profil risiko merupakan salah satu poin penting yang harus menjadi pertimbangan sebelum memulai berinvestasi di pasar modal, terutama untuk investor pemula, sehingga merasa nyaman ketika berinvestasi, dan tidak panik karena mengerti risiko yang dihadapi.
Terlepas dari kondisi pandemi Covid-19, waktu yang tepat bagi calon investor pemula untuk masuk ke dalam pasar modal adalah segera atau setiap saat dengan menyesuaikan tujuan dan jangka waktu investasi di pasar modal.
Strategi yang bisa digunakan oleh calon investor pemula untuk masuk ke dalam pasar lainnya adalah secara bertahap atau Dollar Cost Averaging (DCA). Dalam strategi ini, investor melakukan pembelian secara berkala, sehingga rata-rata harga pembelian lebih optimal.
Pilihan produk investasi di pasar modal bagi calon investor pemula tentu perlu disesuaikan dengan tujuan, jangka waktu investasi, dan profil risiko calon investor tersebut.
Saat ini, banyak sekali tools daring secara gratis yang dapat digunakan oleh calon investor untuk menganalisa profil risiko sebelum memulai melakukan investasi di pasar modal.
Sebagai gambaran, apabila calon investor memiliki tujuan investasi jangka panjang dan profil risiko yang menengah atau tinggi, dan tidak ingin terlalu repot dalam melakukan pengelolaan, maka bisa menggunakan produk reksa dana saham sebagai pilihan.
Kemudian apabila calon investor memiliki waktu dan ketertarikan pada pasar modal, maka bisa juga melakukan investasi secara langsung ke saham.
Untuk calon investor dengan profil risiko yang lebih konservatif bisa menggunakan instrumen seperti reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, dan juga Surat Berharga Negara (SBN) sebagai pilihan produk untuk berinvestasi.
Tidak ada besaran khusus yang harus disiapkan oleh calon investor pemula untuk masuk ke pasar modal karena jumlah investasi minimal saat ini sudah sangat terjangkau dan dapat di akses secara langsung melalui berbagai platform online yang ada.
Hanya saja, sebagai panduan bagi colan investor pemula, konsep menyisihkan terlebih dahulu sebagian dari pendapatannya setelah gajian menjadi sangat penting sebelum dialokasikan untuk kebutuhan lainnya.
Calon investor pemula bisa menyisihkan jumlah pendapatannya mulai dari 10 persen sampai dengan 30 persen dari gaji/ pendapatan yang diterimanya setiap bulan, dan setelah itu sisanya digunakan untuk kebutuhan lainnya.
“Untuk investor pemula dengan modal terbatas bisa menggunakan jalur online sebagai pilihan karena nominal awal yang terjangkau dan juga sudah banyak platform yang bisa menjadi pilihan,” katanya.