Bisnis.com, JAKARTA – "Mereka tahu kita enggak kompak."
Pernyataan itu disampaikan oleh Executive Vice President Center of Digital PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) Wani Sabu dalam sebuah seminar daring yang digelar Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas), Rabu (7/10/2020). "Mereka" yang dimaksudnya adalah para penjahat yang melakukan penipuan transaksi keuangan, sedangkan "kita" merujuk pada perbankan.
Apa yang disampaikan Wani Sabu adalah para fraudster itu mengetahui kelemahan industri perbankan di Indonesia, yakni tidak adanya kekompakan dalam menangani kejahatan keuangan. Hal ini dimanfaatkan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab untuk melakukan kejahatan yang melibatkan lebih dari satu bank.
Modusnya, kejahatan dilakukan dengan menguras rekening bank seseorang atau entitas tertentu di bank lain. Misalnya, penipuan yang membuat dana nasabah yang diparkir di BCA harus ditransfer ke bank lain.
Namun, ketika BCA ingin menangani kasus tersebut di bank lain, diperlukan sejumlah dokumen seperti surat pernyataan direksi hingga surat kepolisian. Padahal, pengurusan surat-surat ini memakan waktu lama sehingga saldo nasabah berisiko tidak selamat sebelum dokumen selesai.
Wani Sabu bercerita bank swasta terbesar di Indonesia itu pernah kecolongan karena pelaku kejahatannya menggunakan surat kuasa palsu. Dalam aksi itu, pelaku berusaha meyakinkan cabang BCA untuk memindahkan dana perusahaan tertentu ke rekening bank lain.