Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BI Tegaskan Rupiah Menguat 1,9 Persen di Kuartal II/2021

Depresiasi rupiah yang terjadi sebelumya dipicu oleh kondisi global khususnya dari perekonomian Amerika Serikat (AS) yang maju secara pesat karena vaksinasi dan stimulus fiskal besar-besaran.
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah kembali menguat 1,9 persen pada kuartal II/2021 per 8 Juni 2021, dibandingkan dengan akhir Maret 2021.

Sebelumnya, selama kuartal I/2021, rupiah terdepresiasi 3,27persen (point-to-point) dibadingkan dengan akhir 2020.

Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, depresiasi rupiah yang terjadi sebelumya dipicu oleh kondisi global khususnya dari perekonomian Amerika Serikat (AS) yang maju secara pesat karena vaksinasi dan stimulus fiskal besar-besaran. Hal tersebut lalu memicu kenaikan US Treasury setinggi 1,6 persen, sehingga berdampak pada stabilitas eksternal Indonesia.

“Karena, [satu] terjadi outflow, kedua itu terjadi tekanan terhadap nilai tukar rupiah, lalu ketiga yaitu kenaikan yield dari SBN kita. Itulah yang terjadi pada awal-awal Februari,” ujar Perry dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Senin (14/6/2021).

Secara rinci, kondisi tersebut obligasi maupun saham, sehingga memberikan tekanan kepada nilai tukar rupiah. Meskipun menurut Perry, secara keseluruhan portofolio inflow masuk karena adanya global bonds issuance baik oleh pemerintah maupun swasta.

Oleh karena itu, Perry menyatakan pemerintah terus melakukan stabilisasi berupa intervensi di pasar spot, domestic non-delivery forward atau DNDF, sertapembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder di awal Februari 2021.

“Ini kalau dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Brazil, Thailand, Malaysia, dan Turki, depresiasi nilai tukar [rupiah] relatif lebih rendah,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper