Bisnis.com, JAKARTA - Jelang usia Indonesia yang ke-76, sejumlah sektor bisnis mampu unjuk gigi dengan mencatatkan kinerja ciamik di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung.
Pada sektor industri, misalnya, manufaktur Indonesia sempat mencatatkan ekspansi selama 8 bulan berturut-turut hingga Juni 2021.
Kinerja manufaktur itu pun sejalan dengan kinerja sektor perdagangan yang berhasil menorehkan hasil positif sepanjang semester I/2021 dengan mencatatkan surplus senilai US$11,86 miliar.
Terkait hal tersebut, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi sempat menyatakan bahwa hasil positif itu tak lepas dari kinerja ekspor sejumlah produk unggulan Indonesia.
“Meski pandemi Covid-19 belum berakhir, kami yakin dengan prospek ekspor produk-produk Indonesia yang naik dengan baik ini,” tutur Lutfi.
Indonesia memang boleh bangga dengan pencapaian ekspor tersebut. Sejumlah komoditas yang menjadi andalan selama ini terus memberikan kontribusi yang positif. Salah satunya adalah produk sawit, baik berupa minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) maupun produk-produk turunannya.
Adapun, salah satu grup yang telah lama berkontribusi dalam industri sawit adalah Apical Group. Korporasi tersebut tercatat sebagai salah satu pengelola dan pengekspor minyak sawit serta produk turunannya yang terbesar di Indonesia, termasuk untuk biodiesel.
KONTRIBUSI PERBANKAN
Sementara itu, kontribusi korporasi yang bergerak dari sisi finansial juga tentunya turut memberikan sumbangsih yang besar.
Di sektor perbankan, penyaluran kredit telah menjadi bahan bakar dari geliat dunia usaha di tengah pandemi. Bukan hanya untuk korporasi besar, penyaluran kredit juga turut menyasar usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) seperti yang dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Hingga akhir Juni 2021, kredit mikro BRI tercatat sebesar Rp.366,56 triliun atau tumbuh 17% secara tahun. Hal ini memperkuat komitmen BRI untuk fokus dalam pengembangan bisnis mikro dengan komposisi kredit mikro mencapai 39,44% dari total penyaluran kredit BRI.
Foto: dok. Bank BRI
“Hal ini on the track menuju komposisi kredit mikro minimal 45% di tahun 2025,” kata Direktur Utama BRI Sunarso
Pencapaian ini juga membuat proporsi kredit UMKM BRI merangkak naik menjadi 80,62% dari 78,58% pada periode yang sama tahun lalu.
Akhir kata, melihat kinerja dan sinergi yang terjalin antara pemerintah dan dengan dunia usaha di berbagai sektor bisnis, tampaknya tak berlebihan jika kita percaya seberat apapun tantangan yang dihadapi, akan selalu ada kemerdekaan ekonomi bagi Indonesia.
Selama Masa Pandemi, Rp161 Triliun Kredit Mikro BRI Tersalurkan ke Sektor Pertanian.
Sampai saat ini & dalam jangka panjang penopang utama perekonomian nasional adalah UMKM. Oleh karenanya, keberpihakan pemerintah kepada pelaku UMKM semakin tinggi, antara lain program percepatan inklusi keuangan 90 persen dan kenaikan porsi kredit UMKM sebesar 30 persen dari total kredit nasional di tahun 2024.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM RI, secara jumlah unit, UMKM memiliki porsi sekitar 99 persen dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia dan 98 persennya adalah pelaku usaha mikro. Sehingga upaya mempercepat akses layanan keuangan kepada pelaku usaha mikro menjadi relevan.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan bahwa layanan keuangan yang dibutuhkan oleh para pelaku usaha mikro, sebagian besar adalah layanan pembiayaan (kredit). Lebih dari 53 juta pelaku usaha mikro memerlukan kemudahan akses layanan keuangan formal dan sebagian besarnya atau lebih dari 31 persen adalah pelaku usaha mikro disektor pertanian.
Kemudahan akses layanan keuangan (pembiayaan) kepada mereka diharapkan dapat berkontribusi dalam percepatan program inklusi nasional & program porsi pinjaman UMKM terhadap total pembiayaan nasional.
Gambar: Sebaran Potensi Pelaku Usaha Mikro
Komitmen BRI dalam Sektor Pertanian
Portofolio kredit mikro BRI pada akhir 2019 sebesar Rp 307,7 triliun. Selama 1 tahun lebih masa pandemi Covid-19, BRI berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit mikro hampir 20 persen. Hal tersebut ditopang dari penyaluran kredit mikro sebesar Rp 339,1 triliun kepada 10,5 juta pelaku usaha mikro.
“Dari total penyaluran tersebut, sebesar Rp 161,6 triliun atau 47,5 persen disalurkan di sektor pertanian dengan 5 (lima) sub-sektor ekonomi prioritas. Selama 3 tahun terakhir, pembiayaan mikro BRI kepada sektor pertanian selalu mengalami peningkatan dan memberi kontribusi hampir 20 persen terhadap nasional”, ungkap Supari.
Gambar: Penyaluran Kredit Mikro BRI di Sektor Pertanian Prioritas
Selama masa pandemi covid-19 yang dimulai sejak Maret 2020, tidak menyurutkan BRI untuk semakin meningkatkan kontribusinya ke sektor pertanian. Supari mengungkapkan, sektor pertanian menjadi salah satu sektor pertumbuhan BRI di masa pandemi.
Oleh karena, itu seluruh infrastruktur yang relevan dilakukan penataan kembali untuk semakin dapat memberi ruang akses kepada pelaku usaha mikro sektor pertanian. Upaya itu, pertama diwujudkan dengan mendekatkan 28.000 mantri sebagai ujung tombak pemberdayaan BRI pada ekosistem desa. Kedua, peningkatan berbagai program pemberdayaan klaster yang meliputi literasi dasar, bisnis & digital. Tercatat telah ada 10.000 klaster dan 4.700 klaster diantaranya adalah klaster pertanian.
Gambar: Penyaluran Kredit Mikro Berdasarkan Sektor Ekonomi
Fenomena Pertumbuhan Sektoral Selama Pandemi
Supari menyoroti bahwa dalam kondisi pandemi terdapat fenomena terjadinya perubahan postur pertumbuhan sektoral yang sebelumnya didominasi oleh sektor perdagangan bergeser ke sektor yang lain, terutama sektor pertanian.
Ia menambahkan bahwa sepanjang masa pandemi, sektor pertanian terbukti bertahan dan justru mengalami pertumbuhan yang signifikan.
“Perseroan memiliki komitmen untuk terus mendorong peningkatan produksi sektor pertanian melalui pembiayaan dan pemberdayaan kepada pelaku usaha di bidang pertanian,” lanjutnya.
Disamping mengubah postur pertumbuhan sektoral, juga terdapat indikasi berdampak kepada perubahan landscape kapasitas produksi, dalam pendekatan pembiayaan, antara Jawa & luar Jawa. Pulau Jawa terindikasi semakin kuat dengan intensifikasinya & luar Pulau Jawa terdapat perluasan sentra-sentra produksi pertanian.
Gambar: Pertumbuhan Pembiayaan Mikro BRI Per Sektor Jawa Barat dan Luar Jawa
Dilihat dari sub-sektor berdasarkan komoditas, juga terjadi indikasi penguatan pada komoditas – komoditas strategis, tercatat trend alokasi pembiayaan yang tumbuh signifikan dari tahun 2019 sampai dengan semester I - 2021 sebesar 47,7 persen.
Gambar: Komoditas Strategis Sektor Pertanian
Strategi BRI Dorong Pertumbuhan Komoditas Unggulan Baru
Strategi penyaluran pembiayaan BRI selama masa pandemi juga memunculkan potensi pertumbuhan komoditas unggulan baru dan hal ini bisa menjadi indikasi betapa masih besarnya potensi sektor pertanian berkembang untuk semakin mendukung kemandirian pangan. Indikasi dimaksud dapat terlihat dari peningkatan beberapa komoditas, sebagai berikut;
Gambar: Pertumbuhan Kredit Berbasis Komoditas
Mengingat modal kerja merupakan salah satu unsur utama di sektor pertanian, upaya meningkatkan akses pembiayaan menjadi penting. Untuk itu, percepatan dan perluasan akses pembiayaan melalui ekosistem pertanian diharapkan dapat memitigasi risiko, baik secara individu maupun kelompok atau kita kenal dengan istilah klaster.
Pemberdayaan Pola Klaster
Supari menambahkan bahwa pola pendekatan kelompok/klaster terbukti mampu meningkatkan peran kelembagaan dengan nuansa kearifan lokal. Strategi pengembangan klaster binaan BRI sendiri diarahkan pada 3 hal.
Pertama, peningkatan produktivitas, lebih dari 6.000 pemberdayaan berupa pelatihan serta bantuan sarana produksi untuk peningkatan kapasitas dan produktivitas.
Kedua, peningkatan akses pasar, melalui inovasi dan kolaborasi, selain menciptakan berbagai payment tools, BRI menggandeng berbagai mitra, mulai dari penyedia platform blockchain hingga yang berkecimpung dalam bidang e-commerce. Selain itu, kegiatan kurasi dan business matching (BRILIANPRENEUR) pun rutin dilakukan dalam rangka menjembatani pelaku UMKM mampu mengakses pasar Internasional. Tahun 2020 yang lalu, didapat 74 kontrak pembelian dengan total dealing amount sebesar US$ 57,5 juta.
Ketiga, peningkatan kualitas dan nilai tambah (value added) seluruh pelaku ekosistem bisnis yang terhubung dalam rantai nilai (perusahaan, petani, kelompok tani, pengumpul, pengolah, pedagang, pasar). Kegiatan pemberdayaan BRI tersebut, juga diarahkan kepada 8 klaster komoditas yang menjadi concern Kementerian BUMN RI. Progress pemberdayaan tersebut dicerminkan dengan besarnya pembiayaan BRI, sebagai berikut;
Gambar: Pembiayaan BRI pada 8 Klaster Komoditas Prioritas Kementerian BUMN
“Sejalan dengan Kementerian BUMN RI, BRI konsisten mendukung peningkatan produksi komoditas unggulan melalui pemberdayaan klaster. Hal ini sebagai wujud nyata dukungan kepada Pemerintah untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan nasional,” ungkapnya.
Untuk menciptakan sebuah ekosistem bisnis pertanian yang terintegrasi diperlukan kolaborasi dari berbagai pemegang kepentingan (stakeholders).
“Ekosistem ini sendiri memegang peranan penting dalam menjamin business process, dari hulu sampai ke hilir. Dalam menjamin berjalannya rantai bisnis tersebut, konsolidasi klaster melalui platform teknologi dapat membangun nilai tawar kepada para pelaku usaha untuk terlibat di dalamnya, dari penyedia teknologi budidaya pertanian, pemasaran yang terkoneksi dengan dengan off taker hingga produksi pasca panen dengan diversifikasi produk”, pungkas Supari.