Bisnis.com, JAKARTA - Industri pembiayaan (multifinance) menyiasati tren pendapatan operasional yang belum pulih betul dengan cara meminimalkan pencadangan, yang notabene menjadi penyebab lonjakan beban keuangan pada era pandemi lalu.
Sebagai informasi, berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) Industri terkini telah kembali ke 80,63 persen, capaian terbaik selama pandemi Covid-19 dan normal baru.
Sebagai gambaran, pandemi menyebabkan lonjakan BOPO pada Maret 2020 sebesar 80,55 persen menjadi 87,57 persen, dan memuncak pada Juni 2020 mencapai 92,5 persen. Tren ini sempat bertahan di atas 91 persen hingga akhir 2020 sampai akhirnya berada di rata-rata 81 persen sepanjang 2021.
Secara spesifik, berdasarkan statistik laporan laba-rugi dari seluruh pemain industri, pendapatan operasional masih turun 9,1 persen (year-on-year/yoy) menjadi Rp76,67 triliun, membuat total pendapatan turun 8,3 persen (yoy) di Rp79,17 triliun. Namun, beban operasional bisa ditekan 19,72 persen (yoy) ke Rp61,82 triliun, sehingga total beban pun turun di kisaran serupa.
Penekan total beban yang paling signifikan, terlihat disumbang komponen akumulasi penyisihan atau penyusutan atas piutang pembiayaan yang turun 33,8 persen (yoy) dari Rp20,5 triliun menjadi Rp13,56 triliun. Alhasil, akumulasi laba sebelum pajak para pemain bisa tumbuh 102,7 persen (yoy) ke Rp16,55 triliun.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menjelaskan bahwa fokus perusahaan pembiayaan saat ini memang memperbaiki kualitas aset pembiayaan kelolaan, yang akan berdampak pada perbaikan seluruh rasio keuangan, terutama non-performing financing alias NPF.