Bisnis.com, JAKARTA — Asuransi syariah membukukan kinerja cemerlang pada awal tahun ini. Kendati demikian pekerjaan rumah besar menanti, karena pangsa pasar produk pengendali risiko berlabel halal ini masih terbilang kecil.
Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan kontribusi asuransi syariah pada awal tahun ini masih melaju dengan angka pertumbuhan mencapai 22,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai dengan Februari 2022, industri asuransi syariah membukukan kontribusi bruto senilai Rp4,34 triliun atau tumbuh 22,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp3,55 triliun. Pertumbuhan ini melanjutkan kinerja positif kontribusi bruto sepanjang 2021 yang tercatat tumbuh 36,54 persen yoy menjadi Rp23,69 triliun.
Perolehan kontribusi bruto sepanjang 2 bulan pertama tahun ini utamanya ditopang oleh asuransi jiwa syariah yang mencapai Rp3,62 triliun atau tumbuh 17,53 persen yoy. Angka ini menyumbang sebesar 83,41 persen terhadap total perolehan kontribusi bruto industri asuransi syariah.
Sementara itu kontribusi bruto asuransi umum syariah sampai dengan Februari 2021 tercatat mencapai Rp490 miliar atau mengalami kenaikan 52,65 persen yoy dan kontribusi bruto reasuransi syariah mencapai Rp226 miliar atau naik 60,28 persen yoy.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Erwin Noekman mengatakan, pertumbuhan dari sisi kontribusi terbilang cukup baik, meski pangsa pasar industri asuransi syariah masih kecil.