Masa Depan Cerah Amar Bank (AMAR) Terbentang Usai Dicaplok Investree Group

Akuisisi ini merupakan langkah ke depan yang signifikan bagi Amar Bank. Keterlibatan dan keahlian Investree akan memungkinkan perseroan untuk memperkenalkan produk baru yang lebih baik untuk UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Tanah Air.

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) menyampaikan bahwa Tolaram Group Inc. (Tolaram), pemegang saham pengendali (PSP), dan Investree Singapore Pte Ltd. (Investree Group) telah menandatangani perjanjian transaksi terkait dengan rencana pembelian 18,4 persen saham AMAR oleh Investree Group.

Hal itu disampaikan Amar Bank dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (10/5/2022) malam. Adapun, transaksi tersebut berlangsung pada Selasa (10/5/2022).

“Transaksi ini tidak akan menyebabkan perubahan pengendalian pada perseroan,” jelas Presiden Direktur Amar Bank, Vishal Tulsian, dikutip Rabu (11/5/2022).

Terpisah, Vishal menyatakan bahwa transaksi ini merupakan langkah ke depan yang signifikan bagi Amar Bank. Menurutnya, keterlibatan dan keahlian Investree akan memungkinkan perseroan untuk memperkenalkan produk baru yang lebih baik untuk UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Tanah Air.

“Bersama dengan produk pinjaman digital unggulan kami, Tunaiku dan mobile-only bank, Senyumku. Bersama-sama, kami akan memberikan perbankan digital yang memberikan dampak,” ujar Vishal dalam keterangan tertulis, Rabu (11/5/2022).

Mengutip laman resmi perseroan, Amar Bank didirikan pada 1991 di Surabaya dengan nama PT Anglomas International Bank yang kemudian pada 2014 berganti nama menjadi PT Bank Amar Indonesia.

Emiten bersandi saham AMAR ini memposisikan diri sebagai bank digital yang fokus pada sektor ritel dan UMKM.

Pada 2014, Amar Bank meluncurkan platform pinjaman digital bernama Tunaiku. Tunaiku adalah platform pinjaman digital berbasis aplikasi pertama di Indonesia yang memanfaatkan big data dan analitik prediktif untuk melayani masyarakat yang tidak memiliki rekening bank (unbanked) dan kurang terlayani (underserved).

Tunaiku terus menjadi produk unggulan Amar Bank. Platform pinjaman digital ini memberikan pinjaman tanpa agunan (KTA) kepada individu dan UMKM yang diproses dan disetujui dalam waktu 24 jam dengan memanfaatkan teknologi big data dan predictive analytics.

Amar Bank mencatat Tunaiku telah diunduh lebih dari 9 juta kali, dan menyalurkan lebih dari 800.000 pinjaman. Sejak diluncurkan pada 2014, Tunaiku telah menyalurkan lebih dari Rp6,6 triliun kepada masyarakat dan pengusaha mikro, yang sebagian besar unbanked dan underserved.

Empat tahun berselang, pada 2020, Amar Bank meluncurkan Senyumku, mobile-only intelligent bank berbasis cloud pertama di Indonesia, yang mengadopsi teknologi baru AI untuk mendorong kebiasaan menabung yang baik sambil meningkatkan kedisiplinan untuk mengontrol keuangan pribadi yang lebih baik.

Melalui Senyumku, Amar Bank menawarkan layanan perbankan yang terpersonalisasi untuk dapat memahami perilaku dan kebiasaan menabung nasabah yang disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari mereka untuk mencapai kesehatan finansial yang lebih baik.

Dalam hal operasional dan tindakannya, Amar Bank mengusung filosofi bahwa teknologi harus meningkatkan kehidupan. Adapun misi perseroan adalah menyediakan perbankan bagi masyarakat yang membutuhkan dan tidak hanya bagi mereka yang menginginkan serta mengubah segalanya.

“Saat target pasar kami berubah, strategi kami pun berubah. Kami tidak hanya hadir untuk menciptakan keuntungan yang lebih tinggi, tetapi juga untuk memberikan dampak sosial,” tegasnya.

Vishal menilai Indonesia membutuhkan lebih banyak pemain untuk dapat meningkatkan inklusi keuangan. Dari sanalah, Amar Bank sebagai bank digital yang dilengkapi dengan teknologi canggih seperti AI, big data, dan predictive analytics dapat benar-benar memberikan dampak positif kepada masyarakat.

Namun, dalam mengembangkan bank digital, Amar Bank melihat bahwa akuisisi nasabah menjadi tantangan terbesar.

“Dari perspektif inklusi keuangan, meyakinkan nasabah mengapa mereka membutuhkan rekening bank digital adalah sebuah tantangan, karena beberapa dari mereka bahkan tidak menginginkan rekening bank tradisional,” tuturnya.

Sedangkan untuk tantangan ke depan, Amar Bank menyadari perlunya berhati-hati terkait konsep open banking.

“Siapa pun dapat mengambil nasabah Anda, karena Anda harus berbagi data, dan Anda juga dapat mengambil dari orang lain. Dengan demikian, retensi nasabah akan menjadi tantangan bagi semua pemain di masa depan,” ujarnya.

SAHAM MENGHIJAU

Saham AMAR pun terpantau menguat 7,25 persen atau naik 28 poin ke level Rp414 per saham pada sesi I perdagangan hari ini, Rabu (11/5/2022), usai mengumumkan rencana akuisisi Investree Group atas saham minoritas yang signifikan sebesar 18,4 persen saham AMAR.

Sebelumnya, Selasa (10/5/2022), saham AMAR ditutup koreksi 3,98 persen atau turun 16 poin ke level Rp386 per saham.

Sekadar informasi, per 30 April 2022, sebanyak 57,5 persen saham AMAR dikuasai oleh Tolaram Group yang berbasis di Singapura. Apabila dirinci, Tolaram Group menambah porsi kepemilikan di AMAR dari semula 7.607.198.419 saham (55,043 persen) menjadi 7.946.197.055 saham (57,496 persen).

Sementara itu, masyarakat menggenggam 42,5 persen saham AMAR, berkurang dari 6.213.173.581 saham menjadi 5.874.174.945 saham per 30 April 2022.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menilai dari sisi strategis investasi yang dilakukan dan kerja sama Amar Bank dengan Investree Group akan menghasilkan kolaborasi yang baik bagi kedua pihak.

Pertama, hal ini mengingat keduanya merupakan pemain yang bermain di pasar ritel dan UMKM yang sama.

“Kalau Investree cakupannya lebih luas, selain mereka sudah punya ekosistem sendiri di sektor riil dan juga cukup bagus di pengembangan digital,” kata Amin kepada Bisnis, Rabu (11/5/2022).

Sementara Amar Bank, menurut Amin, masih dalam tahap persiapan untuk ekspansi, di mana tahap tersebut akan menguntungkan perseroan.

Kedua, dari sisi Amar Bank, Amin melihat perjanjian transaksi tersebut akan membuat eksposur Amar Bank menjadi bertambah, baik di market digital, market ritel, dan juga UMKM.

“Mereka akan saling memanfaatkan keuntungan di dua sisi, yang sama-sama bermain di segmen pasar yang sama,” imbuhnya.

Ketiga, menurut Amin, masuknya Investree dengan menggenggam 18,4 persen di saham AMAR memungkinkan adanya pertukaran teknologi dan sumber daya manusia (SDM) yang saling melengkapi kedua belah pihak.

“Karena dengan porsi 18,4 persen, meskipun minim, pasti akan ada keterwakilan, entah dalam bentuk apapun,” terangnya.

KINERJA AMAR BANK

Jika menilik kinerja Amar Bank sepanjang 2021, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp4,1 miliar, meski turun 52,07 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan laba bersih tahun berjalan pada 2020 yang sebesar Rp8,58 miliar. Sementara dari sisi aset, perseroan mencatatkan pertumbuhan 28,24 persen yoy menjadi Rp5,2 triliun.

Sepanjang tahun 2021, Amar Bank mencatatkan total pinjaman sebesar Rp2,4 triliun atau tumbuh sebesar 40,1 persen yoy dari tahun sebelumnya. Total pinjaman tersebut mayoritas merupakan kontribusi platform pinjaman digital Tunaiku yang menyalurkan Rp2 triliun atau naik 63 persen yoy.

Secara keseluruhan, portofolio pinjaman Amar Bank telah mencapai 65 persen untuk pinjaman produktif.

Dari sisi pendanaan, Amar Bank mencatatkan besaran dana pihak ketiga (DPK) yang terus meningkat menjadi Rp3,1 triliun atau naik 38,6 persen yoy. Adapun, komponen CASA berkontribusi sebesar 36 persen dari total DPK.

Konten Premium Terbaru