Di Balik Akuisisi Astra (ASII) Rp3,87 Triliun di Bank Jasa Jakarta
Bisnis.com, JAKARTA - Nama PT Bank Jasa Jakarta menjadi perbincangan setelah PT Astra International Tbk. (ASII) melalui entitas PT Sedaya Multi Investama (Astra Financial) berencana mengakuisisi 1,14 juta saham perusahaan..
Setelah rencana tersebut terealisasi, Astra Financial akan memiliki 49,56 persen saham Bank Jasa Jakarta, sekaligus menjadi pemegang saham pengendali. Secara paralel, orang terkaya dunia peringkat 30, Li Ka-Shing versi Forbes Real Time per 5 Juli 2022, juga akan meningkatkan kepemilikannya dengan jumlah yang sama melalui entitas Welab.
Lalu siapakah konglomerat pemilik Bank Jasa Jakarta yang membuat Grup Astra dan salah satu orang terkaya dunia sekaligus orang terkaya di Hongkong, Li Ka Shing tertarik mengakuisisi hingga 99 persen lebih? .
Keberadaan Bank Jasa Jakarta tidak dapat dilepaskan dari peran Keluarga Iskandar Widyadi, yang telah membangun entitas ini sejak 38 tahun lalu. Meski tidak detail, annual report perusahaan 2016 menyebutkan Iskandar Widyadi dan keluarga ada di balik PT Widya Raharja Dharma (61,23 persen) dan PT Adikarta Graha (14,77 persen), Sedangkan Welab Sky Limited memiliki Li Ka-Shing sejak akhir tahun lalu masuk dengan 24 persen saham.
Iskandar Widyadi/ Presiden Komisaris Bank Jasa Jakarta
Dalam laman perusahaan, Iskandar disebutkan merupakan Presiden Komisaris PT Bank Jasa Jakarta sejak 1984. Bisnis Iskandar sendiri berasal dari pasar yakni pengelola grosir toko Tin Tin.
Baca Juga
Seiring membesarnya Toko Tin Tin, pada 1955, Iskandar mendirikan perusahaan CV Intisari yang bergerak di bidang perdagangan. Kemudian pada 1972 Iskandar menjabat sebagai Komisaris PT Grandtex yang bergerak di bidang pertekstilan.
Pada 1974, Iskandar didapuk sebagai Wakil Presiden Direktur PT Bank Internasional Indonesia sampai dengan 1982. Setelah 8 tahun berperan sebagai bankir, Iskandar pun memantapkan diri mengambil-alih kepemilikan saham sebuah bank perkreditan rakyat (BPR) yang selanjutnya diubah namanya menjadi PT Bank Pasar Jasa Jakarta dan selanjutnya ditingkatkan menjadi Bank Umum dengan nama PT Bank Jasa Jakarta.
Selama beroperasi, Bank Jasa Jakarta terbilang bank yang tangguh dalam menghadapi berbagai perubahan hingga dapat bertahan sampai saat ini. Dilansir dari laporan keuangan perusahaan per Maret 2022, Bank Jasa Jakarta memiliki total aset sebesar Rp7,32 triliun, menyusut 2,2 persen dibandingkan dengan Desember 2021 yang sebesar Rp7,48 triliun.
Penurunan tersebut disebabkan oleh perlambatan penyaluran kredit pada Maret 2022, yang turun dari Rp2,58 triliun pada Desember 2021 menjadi Rp2,4 triliun pada 3 bulan pertama 2022.
Kemudian dana pihak ketiga yang dihimpun Bank Jasa Jakarta per Maret 2022 sebesar Rp5,15 triliun, di mana sebanyak Rp4,42 triliun atau sekitar 85,82 persen dari dana tersebut berada pada kantor deposito. Sisanya berasal dari tabungan dan giro.
Adapun dari sisi pendapatan bunga bersih, Bank Jasa Jakarta mencatatkan pertumbuhan sebesar 8 persen year on year/yoy, berkat kualitas kredit yang terjaga dan biaya kredit yang berhasil ditekan. Beban bunga kredit Bank Jasa Jakarta turun 16,22 persen secara tahunan menjadi Rp43,97 miliar pada Maret 2022. Pendapatan bunga tercatat sebesar Rp95,18 miliar, turun 4,71 persen.
Dengan sejumlah pencapaian tersebut, pada Maret 2022, laba bersih tahun berjalan Bank Jasa Jakarta turun 51,79 persen, menjadi Rp15,35 miliar.