Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Faisal Rachman menilai Bank Indonesia (BI) masih memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI-7DRRR hingga 50 bps maksimal 4,25 persen di sisa 2022.
Dari sisi eksternal, lanjutnya, ketidakpastian terkait melonjaknya inflasi global, yang mengarah pada normalisasi moneter global yang lebih agresif dan lebih cepat dari perkiraan, terus berlanjut. Menurutnya, kondisi tersebut berkembang menjadi ketakutan akan resesi global sehingga memicu sentimen risk-off dan arus modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Meskipun neraca perdagangan terus mencatat surplus, kami memperkirakan surplus tersebut cenderung menyusut di tengah perlambatan global," kata Faisal dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (24/8/2022).
Dengan demikian, lanjut Faisal, kedua kondisi tersebut telah meningkatkan risiko terhadap stabilitas sektor eksternal Indonesia ke depan. Kemudian dari sisi domestik, dia mengatakan inflasi tercatat melonjak menjadi 4,94 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Juli lalu.
Realisasi tersebut sudah berada di atas kisaran sasaran inflasi BI, yaitu 2 hingga 4 persen untuk dua bulan berturut-turut.
"Meski inflasi inti tetap di bawah 3 persen secara tahunan pada Juli 2022, pertumbuhan PDB yang lebih tinggi dari perkiraan dan didorong oleh permintaan pada 2022. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan domestik terus meningkat di semester II/2022 lantaran membaiknya mobilitas publik atau pelonggaran PPKM," imbuhnya
Baca Juga
Oleh karena itu, Faisal memproyeksikan tingkat inflasi akan terus meningkat. Dia melihat tekanan inflasi akan bertahan dan meningkat di semester II/2022, apalagi dengan adanya rencana pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite dan Solar minggu ini.
Menurut dia, dampak kenaikan BBM subsidi akan cukup besar. Pasalnya, kenaikan BBM tak hanya berdampak pada pada first round terhadap inflasi administered price tetapi juga berdampak pada second round terhadap barang dan jasa lain selain BBM dan transportasi.
"Ini berarti inflasi utama dan inti dapat memanas secara signifikan setelah kenaikan [harga BBM]," ungkapnya.
Berdasarkan perhitungan Bank Mandiri, jika harga Pertalite dinaikkan dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter maka akan meningkatkan inflasi sebesar 0,83 ppt dan berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi sebesar -0,17 ppt.
Apalagi, jika harga Solar naik dari Rp5.150 per liter menjadi Rp8.500 per liter akan memberikan kontribusi kenaikan inflasi sekitar 0,33 ppt dan berpotensi menurunkan pertumbuhan sebesar -0,07 ppt.
"Ini berarti tingkat inflasi pada tahun ini bisa berpotensi menuju sekitar 6 persen atau lebih tinggi dari perkiraan Bank Mandiri sebesar 4,60 persen," imbuhnya.
Seperti diketahui, Bank Indonesia memutuskan menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 3,75 persen sesuai dengan hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Selasa (23/8/2022).
Sejalan dengan keputusan ini, Bank Indonesia (BI) menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 basis poin menjadi 3 persen dan suku bunga Lending Facility 4,5 persen.