Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) belum dapat mengungkapkan partisipasinya dalam mendukung aksi penambahan modal lewat mekanisme rights issue, yang ditempuh PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) pada kuartal IV/2022.
Sebelumnya, pemegang saham Bank Syariah Indonesia atau BSI, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) telah lebih dulu memberikan sinyal partisipasi dalam penerbitan saham baru atau rights issue BSI.
Komposisi pemegang saham emiten bank syariah berkode BRIS ini tercatat dimiliki oleh Bank Mandiri dengan kepemilikan 50,83 persen, diikuti BNI sebanyak 24,85 persen, dan BRI memiliki porsi 17,25 persen. Adapun pemegang saham lainnya dan publik mencapai 7,07 persen.
Terkait dengan partisipasi BBNI dalam rights issue BRIS, Sekretaris Perusahaan BNI Okki Rushartomo menyampaikan bahwa sejauh ini pihaknya belum dapat mengungkapkan sejauh mana keterlibatan perusahaan dalam aksi korporasi tersebut.
“Kami belum bisa menyampaikan lebih lanjut terkait partisipasi ini karena masih dalam proses persetujuan termasuk di Kementerian BUMN [Badan Usaha Milik Negara],” ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Selasa (4/10/2022).
Meski demikian, Okki menyatakan bahwa sebagai salah satu pemegang saham pengendali, perseroan akan selalu mendukung rencana aksi korporasi yang akan ditempuh oleh bank syariah dengan aset terbesar di Indonesia saat ini.
Baca Juga
Dukungan itu bertujuan merealisasikan visi BRIS sebagai top 10 Global Islamic Bank, sehingga diharapkan mampu menggarap ekosistem syariah secarara lebih luas pada masa mendatang.
Namun, terlepas dari dukungan yang disampaikan, BBNI cenderung menunjukkan sinyal untuk tidak berpartisipasi dalam aksi korporasi tersebut karena mengingat tujuan dari rights issue BRIS adalah meningkatkan kepemilikan saham publik atau free float.
“Di sisi lain kami juga melihat perlu adanya dukungan untuk pemenuhan free float saham BSI, sehingga diharapkan ke depannya akan lebih banyak lagi investor institusi yang masuk membeli saham BSI,” pungkas Okki.
Komitmen BMRI dan BBRI
Sementara itu, Bank Mandiri selaku induk usaha sekaligus pemegang saham mayoritas terbesar di BRIS, telah berkomitmen melaksanakan haknya dengan membeli dan menyerap saham baru yang diterbitkan oleh BRIS.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha menjelaskan bahwa saat ini pihaknya tengah berkoordinasi dengan stakeholder dan pemegang saham BSI lainnya, dalam menentukan besaran penyerapan saham baru yang akan dieksekusi BMRI.
Meski belum memerinci berapa jumlah saham yang akan diserap, Rudi memastikan bahwa Bank Mandiri akan mempertahankan posisinya sebagai pemegang saham mayoritas BSI.
“Komitmen kami sebagai induk usaha dan pemegang saham mayoritas di BSI, adalah mendukung penguatan rasio kecukupan modal BSI, agar mampu menjadi bank syariah terbesar di regional, sesuai amanat pemerintah,” tutur Rudi baru-baru ini.
Adapun Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan bahwa BBRI sebagai salah satu pemegang saham pengendali berkomitmen penuh dalam pengembangan BSI, serta industri perbankan syariah di Indonesia.
“BRI akan mendukung pelaksanaan rights issue BSI di tahun 2022 untuk ekspansi bisnis dan memperkuat permodalan BSI,” pungkas Aestika.
Sebagaimana diketahui, BSI akan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 6 miliar saham pada kuartal akhir 2022. Upaya memperkuat car adequacy ratio (CAR) ini juga sudah disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada akhir September 2022.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan bahwa dana tambahan dari rights issue itu nantinya untuk mendukung ekspansi BSI secara organik yakni melalui penyaluran pembiayaan murah dan kompetitif bagi masyarakat.