Bisnis.com, JAKARTA — Pemain sektor pembiayaan, baik multifinance swasta, maupun lembaga pembiayaan pelat merah, mempertimbangkan kembali meraup pendanaan dari pasar modal pada awal tahun depan.
Sebagian besar pelaku industri cenderung pasang mata, memetakan kondisi permintaan pembiayaan pada 2023. Terlebih, saat ini era suku bunga murah sudah berakhir. Pertimbangan yang lebih matang diperlukan untuk merealisasikan rencana penerbitan obligasi maupun sukuk.
Perusahaan pembiayaan mikro pelat merah PT Permodalan Nasional Madani (PNM) menjadi salah satu contoh pemain pembiayaan yang tengah mempertimbangkan menunda penerbitan obligasi dan sukuk ke awal 2023, dari rencana sebelumnya terealisasi pada akhir tahun ini.
Direktur Utama PNM Arief Mulyadi sebelumnya mengungkap bahwa penerbitan surat utang, terutama sukuk, merupakan jawaban pihaknya atas permintaan pinjaman skema syariah yang meningkat, serta sejalan dengan tugas pemerintah untuk memperluas program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar).
"Setelah suku bunga acuan kembali naik, saat ini kami memang sedang mempertimbangkan untuk menunda penerbitan surat utang. Karena kami sedang upayakan pendanaan dari sumber lain juga, selain dari channelling perbankan, ada juga potensi dari dana pemerintah," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (30/10/2022).
Namun, Arief menjelaskan apabila rencana penerbitan surat utang tetap terlaksana di akhir tahun sekali pun, PNM optimistis tetap mampu menjaga margin, karena PNM baru setahun belakangan merasakan kenaikan rating surat utang menjadi dobel A (AA).