Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akhirnya! Saham BRI (BBRI) Masuk Zona Hijau Pertama pada 2023

Setelah terkoreksi selama 8 hari berturut-turut, saham BRI (BBRI) masuk zona hijau atau naik 120 poin ke level Rp4.500.
Logo PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. tampak di kawasan perkantoran Jakarta. /Bloomberg-Dimas Ardian
Logo PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. tampak di kawasan perkantoran Jakarta. /Bloomberg-Dimas Ardian
Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja harga saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) akhirnya parkir di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis (11/1/2023).

Sebelumnya, sejak perdagangan Bursa Efek Indonesia tahun ini dibuka pada Senin (2/1/2023) hingga Rabu (11/1/2023) saham BBRI masih lesu dan selalu parkir di zona merah.

Untuk pertama kali pada 2023, saham BBRI akhirnya kembali menunjukkan tren positif setelah menutup perdagangan hari ini, Kamis (12/1/2023) dengan parkir di zona hijau.

Setelah terkoreksi selama 8 hari berturut-turut, saham BBRI kembali meroket 2,74 persen atau naik 120 poin ke level Rp4.500 per eksemplar dari Rp4.380 pada penutupan harga perdagangan Rabu (11/1/2023).

Sedangkan dalam sepekan, saham BBRI masih mendapat catatan merah setelah terkoreksi sebesar 3,02 persen dengan kinerja harga saham terendah sebesar Rp4.360 dan tertinggi Rp4640. Adapun, bila diakumulasikan, koreksi saham BBRI selama 8 hari berturut-turut tembus sebesar 11,9 persen.

Saham BBRI tersebut melemah bersama sejumlah bank jumbo lainnya, seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang dalam sepekan anjlok 6,36 persen dan saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang terkoreksi tipis sebesar 0,91 persen.

Alhasil, melorotnya saham big cap dalam beberapa waktu belakangan tersebut turut mendorong indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam dua hari belakangan masuk zona merah menjadi 6.584 pada Rabu (11/1/2023), yang mana sektor keuangan menyumbang penurunan sebesar 5,45 persen.

Borong Saham 

Pada kesempatan lain, penurunan harga saham sejumlah big cap dapat dimanfaatkan oleh para investor untuk memborong saham perseroan yang dinilai prospektif.

Terbaru, bersamaan dengan turunnya harga saham BBRI, dua direksi BBRI yakni Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu R. K. dan Direktur Bisnis Kecil & Menengah BRI Amam Sukriyanto tercatat telah memborong saham BRI pada awal tahun ini.

Berdasarkan keterbukaan informasi, Viviana telah melakukan pembelian saham dalam dua tahap. Pertama, membeli 35 ribu lembar saham pada 5 Januari 2022 saat harga saham mencapai Rp4.650 per lembar. Nilai pembelian saham BBRI oleh Viviana itu mencapai Rp162,75 juta.

"Tujuan transaksi untuk investasi,” demikian dikutip dari keterbukaan informasi pada Kamis (11/1/2023).

Kemudian, Viviana melanjutkan aksi pembelian sahamnya sebanyak 15 ribu lembar pada 10 Januari 2022 dengan harga Rp4.430 per lembar. Nilai pembeliannya yang kedua mencapai Rp66,45 juta.

Selain Viviana, Amam diketahui membeli saham 50 ribu lembar pada 5 Januari 2022 dengan harga Rp4.650. Nilai pembelian saham Amam mencapai Rp232,5 juta.
  
Di samping itu, manajemen BBRI juga mengungkapkan akan masih berkomitmen untuk tetap membagikan dividen tunai setelah pembagian dividen interim sebesar Rp8,63 triliun dilaksanakan.  

Corporate Secretary BRI, Aestika Oryza Gunarto mengungkapkan bahwa saat ini kinerja BRI dalam kondisi sehat, baik dari sisi permodalan maupun likuiditas serta kualitas asset.

Lebih lanjut, BBRI juga optimis dapat menjaga kinerja positif ke depan hingga pembagian dividen tunai tahun buku 2022 dapat berlangsung optimal.

"Optimisme tersebut didukung empat faktor utama sebagai syarat pertumbuhan yang berkelanjutan, diantaranya yakni sumber pertumbuhan baru melalui integrasi holding ultra mikro, permodalan yang kuat, likuiditas yang ample serta kualitas pertumbuhan yang ditopang oleh stabilitas NPL dan LAR," pungkas Aestika kepada Bisnis, Senin (9/1/2023).

Dia melanjutkan, kekuatan permodalan perseroan tercermin dari CAR BRI secara konsolidasi berada di level 26,14 persen dengan NPL dan LAR sebesar 2,09 persen dan 19,28 persen.

"Oleh karenanya dan dengan sumber pertumbuhan baru yang terus diciptakan, saat ini BRI memiliki potensi untuk terus memberikan dividen yang optimal bagi pemegang saham. Hal tersebut dimulai dengan menetapkan 85 persen dividen payout ratio di tahun 2022 atas laba tahun 2021," tambahnya.

Di samping itu, analis Mirae Asset Handiman Soetoyo menuturkan bahwa dengan pertumbuhan laba yang kuat dan cakupan NPL/LAR yang memadai, memungkinkan BBRI untuk tetap menebar dividen lebih tinggi pada tahun ini.

“Kami percaya bahwa bank masih dapat membayar dividen yang lebih tinggi tahun ini dibandingkan tahun lalu. Modal bank yang kuat juga akan memungkinkan mereka untuk memberi insentif kepada pemegang saham,” ujar Handiman dalam risetnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper