Nilai Tukar Rupiah Menguat
Rupiah, kata Perry, mengalami apresiasi pada tahun ini. Sampai dengan 18 Januari, rupiah menguat 3,18 persen secara point to point dan 1,20 persen secara rerata dibandingkan dengan level Desember 2022.
Penguatan rupiah relatif lebih baik dibandingkan dengan apresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Filipina yang menguat 2,08 persen secara year-to-date (ytd), Malaysia 2,04 persen ytd, dan India sebesar 1,83 persen ytd.
Penguatan itu didorong oleh aliran masuk modal asing ke pasar keuangan dalam negeri. Hal tersebut juga sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik, yang tetap baik dengan stabilitas yang terjaga.
“Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan rupiah terus menguat sejalan prospek ekonomi yang semakin baik dan karenanya akan mendorong penurunan inflasi lebih lanjut,” kata Perry.
- Intermediasi Perbankan Meningkat pada 2022 dan Berlanjut pada 2023
Perry mengatakan intermediasi perbankan pada 2022 terus meningkat dan diperkirakan berlanjut pada tahun 2023. Hingga Desember lalu, kredit bank tumbuh tumbuh 11,35 persen year-on-year (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 5,24 persen yoy.
Peningkatan pertumbuhan kredit terjadi merata pada seluruh sektor ekonomi dan seluruh jenis kredit terutama kredit investasi dan kredit modal kerja.
Pemulihan intermediasi juga terjadi pada perbankan syariah, dengan pertumbuhan pembiayaan pada Desember 2022 sebesar 20,1 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya sebesar 6,6 persen yoy.
Di segmen UMKM, pertumbuhan kredit juga terus berlanjut, khususnya penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang tumbuh tinggi sebesar 29,66 persen yoy.
Perbaikan intermediasi perbankan didukung sisi penawaran kredit sejalan likuiditas perbankan yang memadai dan standar penyaluran pembiayaan yang longgar. Permintaan kredit juga meningkat sejalan kinerja korporasi dan konsumsi rumah tangga yang membaik.