Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI Longsor Berjamaah Usai BI Rate Naik

Saham bank jumbo, BBCA, BBRI, BMRI, BBNI dibuka anjlok usai BI Rate naik jadi 6,25%.
Logo empat bank jumbo di Indonesia: BCA, BNI, BRI, Bank Mandiri.
Logo empat bank jumbo di Indonesia: BCA, BNI, BRI, Bank Mandiri.

Bisnis.com, JAKARTA-- Emiten bank jumbo seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) hingga PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) kompak mencatatkan pelemahan harga saham seiring dengan naiknya suku bunga acuan atau BI Rate pada level 6,25%

Berdasarkan data RTI Business pukul 09.35 WIB, harga saham BMRI dibuka di level Rp6.950 pada sesi perdagangan I hari ini, Kamis (25/4/2024) turun 1,42%.

Serupa, BBRI mengalami pelemahan harga saham 1,91% ke level Rp5.125

Selanjutnya, harga saham BBCA turun 2,01% ke level Rp9.750, disusul dengan adanya penurunan harga saham BBNI sebesar 1,42% ke level Rp5.225

Jebloknya harga saham bank-bank jumbo juga terjadi di tengah tren melorotnya rupiah.

Pelemahan rupiah terjadi meski Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga menjadi 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG), Rabu (24/4/2024).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah membuka perdagangan dengan penurunan sebesar 0,37% atau 60 poin ke level Rp16.215 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar tercatat turun 0,07% ke level 105,625. 

CEO Jooara Rencana Keuangan Gembong Suwito menilai libur lebaran hingga adanya peningkatan tensi geopolitik serta ketidakpastian global ini mendorong penguatan dolar AS terus berlanjut.

“Lalu, rupiah tembus Rp16.200-16.300 membuat masif outflow investor asing. Efeknya jelas big bank outflow asing dan harga saham mereka turun signifikan,” ujarnya pada Bisnis, Kamis (25/4/2024)

Dia menuturkan, sejak satu bulan terakhir terjadi outflow alias keluarnya dana dari pasar modal akibat maraknya investor asing yang melakukan aksi jual

“Udah satu bulan ini mereka terus jual [saham] bigbank sebagai aksi profit taking yang wajar setelah kenaikan tiga bulan. Ditambah faktor eksternal kemarin Iran-Israel buat rupiah kita di level Rp16.300-an,” imbuhnya.

Justru, kata Gembong, kenaikan BI rate ke 6,25% merupakan tujuan untuk bisa menekan outflow investor asing, di samping itu BI terus lakukan intervensi pasar dengan cadangan devisa

“Kalau BI enggak naikin [suku bunga] akan membuat rupiah makin ambles. Ini dilakukan supaya menahan outflow asing,” tuturnya. 

Sementara itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus pun menyoroti merosotnya kinerja harga saham perbankan dipengaruhi sejumlah sentimen. 

Pertama, naiknya tensi geopolitik akibat perang tambahan antara Iran dan Israel. Kedua, ekskalasi perang yang berpotensi meningkat dan dapat menghamburkan proyeksi pemulihan ekonomi global.  

Ketiga, adanya kenaikan data change in nonfarm payrolls AS serta penurunan level pengangguran di Amerika.

Selanjutnya, naiknya inflasi di Amerika diikuti melesetnya prediksi penurunan tingkat suku bunga The Fed dari yang semula Juni menjadi September atau bahkan Desember 2024 menjadi sejumlah faktor lesunya kinerja saham bank. 

Meski begitu, Nico menilai prospek saham perbankan masih baik untuk jangka panjang, namun untuk jangka pendek akan mengalami koreksi seiring dengan sentimen negatif yang ada di pasar.   

“Akan tetapi, potensi valuasi di masa yang akan datang masih sangat baik,” sebutnya.

Sebagaimana diketahui, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkap alasan Dewan Gubernur BI menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% pada April 2024. 

Perry mengatakan keputusan menaikkan suku bunga untuk memperkuat stabilitas rupiah dari kemungkinan membuturuknya risiko global serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025

"Kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper