Bisnis.com, JAKARTA— Kasus klaim asuransi atas kecelakaan pesawat Embraer 190 Azerbaijan Airlines yang melibatkan berbagai pihak diprediksi dapat diselesaikan dengan skema tanggung jawab bersama.
Praktisi dan pengamat asuransi penerbangan, Arman Juffry, menyebutkan bahwa skema ini pernah diterapkan dalam kasus serupa di Amerika Serikat, di mana sengketa terjadi antara dua perusahaan asuransi yang menanggung risiko berbeda.
“Ada kasus serupa di AS di mana sengketa antara dua perusahaan asuransi, yang satu menanggung hull and liability dan yang lain menanggung war risk. Penyelesaiannya adalah mereka masing-masing menanggung 50%,” kata Arman kepada Bisnis, pada Jumat (27/12/2024).
Arman menjelaskan bahwa penyelesaian klaim seperti ini umumnya bergantung pada hasil investigasi yang dilakukan oleh komisi keselamatan penerbangan.
Dia menambahkan bahwa sesuai dengan aturan dalam Civil Aviation Safety Regulation (CASR) Annexes 11, pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan kecelakaan penerbangan mencakup negara tempat kecelakaan terjadi, maskapai yang bersangkutan, serta pabrik pembuat pesawat, dalam hal ini Embraer.
Arman juga menyinggung kasus serupa yang pernah terjadi di Indonesia dan melibatkan dua maskapai yang mengoperasikan helikopter.
“Sepanjang yang saya ketahui, ada kasus yang terjadi di Indonesia yang melibatkan dua maskapai yang mengoperasikan helikopter, tapi penyelesaiannya dilakukan di London antar dua underwriter yang lama,” ungkapnya.
Penyelesaian tersebut mengikuti ketentuan AVS 103, yang di dalamnya mengatur tentang skema 50:50 clause.
“Aturan 50:50 clause yang sudah saya jelaskan di atas. Jadi, ya bisa berpengaruh tapi tidak kepada nasabah,” kata Arman.
Diberitakan sebelumnya, kecelakaan tragis menimpa pesawat Embraer 190 milik Azerbaijan Airlines dengan nomor penerbangan J2-8243 pada 25 Desember 2024.
Dikutip dari Reuters pada Kamis (26/12/2024) pesawat yang membawa 62 penumpang dan lima awak tersebut jatuh saat mencoba melakukan pendaratan darurat di dekat Bandara Internasional Aktau, Kazakhstan, mengakibatkan 38 korban jiwa.
Menurut laporan awal, pesawat tersebut dialihkan dari rute aslinya dari Baku ke Grozny karena kondisi cuaca buruk. Spekulasi mengenai penyebab kecelakaan mencuat, termasuk kemungkinan adanya kerusakan akibat tembakan.
Beberapa sumber menyebutkan adanya lubang bekas tembakan di bagian ekor pesawat, yang mengindikasikan kemungkinan pesawat terkena sistem pertahanan udara Rusia.