Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Standard Chartered Indonesia mengungkapkan strateginya untuk memperkuat eksistensi di segmen kredit korporasi, di tengah ketatnya persaingan perbankan nasional.
CEO Standard Chartered Indonesia Donny Donosepoetro menjelaskan pihaknya menerapkan strategi diferensiasi layanan untuk meningkatkan bisis. Skema yang disiapkan melalui pendekatan berbasis prinsip environmental, social, governance (ESG) dan solusi keuangan yang lebih terpersonalisasi.
“Dalam menghadapi persaingan pasar korporasi, kami mengandalkan pendekatan jangka panjang berbasis kemitraan klien yang mendalam dan spesifik sektor, layanan berbasis ESG, serta optimalisasi jaringan global untuk mendukung ekspansi investasi outbound maupun inbound,” ujar Donny kepada Bisnis, Rabu (31/7/2025).
Menurut Donny, Standard Chartered menawarkan alternatif pembiayaan yang kompetitif dibandingkan pemain domestik. Pihaknya juga menawarkan solusi terintegrasi dan mendukung agenda pembangunan nasional maupun transisi energi.
Dia menambahkan, untuk menjawab kebutuhan korporasi yang semakin kompleks, Standard Chartered menyediakan berbagai produk dan layanan seperti green loans, solusi lindung nilai (hedging), jasa advisory lintas batas, hingga akses ke pasar modal global.
“Peran ini semakin relevan di tengah meningkatnya minat investor asing terhadap proyek-proyek strategis di Indonesia,” imbuhnya.
Baca Juga
Proyek energi hijau yang turut dibiayai perusahaan misalnya pembangunan pembangkit listrik tenaga surya terapung Cirata dan proyek Saguling Floating Solar PV, yang merupakan bagian dari kerangka kemitraan transisi energi berkeadilan (Just Energy Transition Partnership/JETP) Indonesia.
Donny juga mengungkapkan bahwa saat ini lebih dari 80% portofolio pembiayaan Standard Chartered disalurkan melalui segmen Corporate & Institutional Banking (CIB), yang melayani perusahaan besar lokal, BUMN, institusi keuangan, hingga anak usaha korporasi multinasional.
“Dalam mendorong pertumbuhan kredit korporasi, kami memprioritaskan sektor-sektor strategis yang sejalan dengan agenda pembangunan nasional dan prioritas investasi pemerintah Indonesia,” ujarnya.
Selain sektor energi, pembiayaan juga diarahkan ke pembangunan infrastruktur transportasi dan kawasan industri, penguatan sektor digital dan fintech, ketahanan pangan, serta pengembangan industri kesehatan dan farmasi.