Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK: 4 Tantangan Asuransi dan Dapen

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan ada empat tantangan yang dihadapi industri keuangan non bank (IKNB) khususnya asuransi dan dana pensiun. Kepala Eksekutif Pengawas IKNB OJK Firdaus Djaelani mengatakan empat tantangan yang dihadapi oleh industri asuransi dan dana pensiun di Indonesia, yakni rendahnya tingkat penetrasi, defisit neraca pembayaran asuransi ke luar negeri, terbatasnya jumlah tenaga, dan desain produk yang belum menjawab kebutuhan masyarakat.
Ilustrasi/Forbes
Ilustrasi/Forbes
Bisnis.com, JAKARTA- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan ada empat tantangan yang dihadapi industri keuangan non bank (IKNB) khususnya asuransi dan dana pensiun.
 
Kepala Eksekutif Pengawas IKNB OJK Firdaus Djaelani mengatakan empat tantangan yang dihadapi oleh industri asuransi dan dana pensiun di Indonesia, yakni rendahnya tingkat penetrasi, defisit neraca pembayaran asuransi ke luar negeri, terbatasnya jumlah tenaga, dan desain produk yang belum menjawab kebutuhan masyarakat.
 
"Kita harus segera mendorong percepatan industri asuransi dan dana pensiun ke arah yang lebih baik sehingga mewujudkan IKNB yang berkontribusi lebih besar dalam pembangunan ekonomi," ujarnya di Jakarta, Jumat Malam (20/2/2015).
 
Saat ini, penetrasi asuransi dan dana pensiun Indonesia sangat rendah walaupun dari tahun ke tahun mengalamk prrtumbuhan.
 
Tingkat penetrasi asuransi tahun 2014, yaitu prosentase premi asuransi dari produk domestik bruto hanya sebesar 2,14%, sedangkan untuk dana pensiun sebesar 5,7%.
 
Padahal, berdasarkan data statistik OJK, aset industri asuransi mengalami pertumbuhan rerata sebesar 18,8% setiap tahunnya sejak 2009 hingga 2014.
 
Per Desember 2014 (unaudited), total aset perusahaan asuransi mencapai Rp755,4 triliun, sedangkan untuk dana pensiun mencapai Rp186,3 triliun. Pertumbuhan rerata aset dana pensiun setiap tahunnya mencapai 9,7%.
 
"Salah satu penyebab rendahnya penetrasi ini adalah rendahnya pemahaman masyarakat dan kurangnya upaya edukasi terhadap pentingnya asuransi dan dana pensiun," katanya.
 
Selain tingkat penetrasi yang rendah, lanjut Firdaus, neraca pembayaran asuransi Indonesia ke luar negeri terus menerus mengalami defisit.
 
Defisit neraca pembayaran asuransi mengalami peningkatan rerata 16,1% setiap tahunnya. Pada 2008, defisit neraca pembayaran asuransi mencapai Rp5,03 triliun dan melonjak di akhir 2013 mencapai Rp8,19 triliun.
 
"Defisit neraca pembayaran yang berkepanjangan dapat berujung penurunan nilai cadangan devisa yang digunakan untuk mengendalikan kurs rupiah secara makro," tutur Firdaus.
 
OJK juga melihat bahwa perguruan tinggi dan pelaku industri memiliki peranan penting dalam mengedukasi masyarakat serta link and match.
 
"Saat ini hanya beberapa universitas yang mengenalkan mata kuliah tentang IKNB khususnya asuransi dan dana pensiun. Kami kekurangan tenaga ahli dan desain produk asuransi serta dana pensiun belum dapat menjawab kebutuhan masyarakat," terang Firdaus.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper