Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menteri PUPR Sebut Cicilan Rumah Subsidi Belum Naik Meski Suku Bunga Tinggi

Menteri PUPR, menjelaskan, hingga saat ini bank penyalur belum memberikan sinyal bakal mengerek suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) FLPP.
Suasana proyek pembangunan perumahan subsidi di kawasan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (2/7/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Suasana proyek pembangunan perumahan subsidi di kawasan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (2/7/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memastikan cicilan rumah subsidi Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) tidak akan mengalami kenaikan di tengah tren suku bunga tinggi.

Menteri PUPR, menjelaskan, hingga saat ini bank penyalur belum memberikan sinyal bakal mengerek suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR).

"Belum ada obrolan [dengan bank penyalur FLPP]. Yang pasti kalau itu menjadi kendala, pasti akan ada solusinya," tuturnya saat ditemui di Kantor Kementerian PUPR, Jumat (26/4/2024).

Pada saat yang sama, Basuki juga memastikan kekhawatiran mengenai kenaikan harga material akibat meningkatnya eskalasi konflik di timur tengah hingga adanya tren suku bunga tinggi belum berdampak pada proses konstruksi rumah subsidi.

Dia memastikan, para pengembang rumah subsidi juga belum mengusulkan adanya kenaikan harga rumah. Dengan demikian, harga rumah subsidi dalam beberapa waktu ke depan dipastikan tidak akan mengalami kenaikan.

"Kalau itu semua menjadi kondisi kahar, pasti ada national policy [keputusan pemerintah] untuk itu. Kalau itu disebutkan sebagai kondisi kahar ya," tekannya.

Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia (BI) kembali memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25%.

Hal tersebut dilakukan dalam rangka memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak memburuknya risiko global. Di samping itu penetapan kenaikan BI Rate juga dilakukan sebagai langkah pre-empative untuk memastikan inflasi tetap terjaga.

Adapun sebelumnya, Wakil Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI) Bambang Ekajaya, mengungkapkan penetapan kenaikan suku bunga acuan menjadi 6,25% tersebut  menjadi yang tertinggi sejak 2016.

Karenanya, dia tak menampik bahwa hal tersebut bakal berdampak menggerus margin bisnis para pengembang dan berdampak pada meningkatnya kenaikan bunga KPR bagi para konsumen.

"Jadi di satu sisi konsumen akan menghadapi kenaikan bunga KPR. Di sisi developer,  juga akan mengalami biaya pembangunan. Sehingga kiri kanan terdampak," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Alifian Asmaaysi
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper