Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Industri Perbankan Menurun, Ini Penyebabnya

Kinerja industri perbankan secara keseluruhan sepanjang 2014 tidak begitu kinclong bila dibandingkan tahun sebelumnya. Kenapa? Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengungkapkan sejumlah faktor yang mempengaruhi perolehan laba perbankan pada tahun lalu.
Kinerja industri perbankan menurun/ilustrasi
Kinerja industri perbankan menurun/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA -- Kinerja industri perbankan secara keseluruhan sepanjang 2014 tidak begitu kinclong bila dibandingkan tahun sebelumnya. Kenapa?

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengungkapkan sejumlah faktor yang mempengaruhi perolehan laba perbankan pada tahun lalu.

Junior Sub Manager-Banking System and Systematic Risk Analyst LPS Totong Sudarto mengatakan pertumbuhan laba perbankan turun drastis, yakni hanya mencapai 11% atau naik Rp 8 triliun menjadi Rp143 triliun.

"Sepanjang tahun 2014 kinerja ekonomi Indonesia mengalami perlambatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Praktis kinerja perbankan pun menurun mengikuti siklus bisnis," ujarnya seperti yang dikutip dari Bisnis.com, Selasa (10/3/2015).

Profitabilitas perbankan pada 2014 mengalami tekanan disebabkan penurunan net interest margin (NIM) dan kenaikan biaya penghapusan kredit. '
Laba perbankan yang mengalami penurunan terlihat dari rasio NIM yang juga ikut menurun.

NIM mengalami penurunan drastis, lanjut Totong, sejak otoritas moneter menjalankan kebijakan moneter yang ketat pada 2013 dari rerata dikisaran 5,4% menjadi 4,3% di akhir tahun lalu.

Penurunan perolehan laba perbankan pada tahun 2014 juga tak terlepas dari peningkatan pada beban kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) segmen kredit atau biaya penghapusan.

Secara agregat perbankan, biaya penghapusan mengalami peningkatan dari -18% y/y pada tahun 2013 menjadi 29,5% y/y pada tahun 2014 atau naik senilai Rp61,7 triliun.

"Biaya penghapusan kredit mengalami peningkatan seiring dengan kualitas kredit yang mengalami pemburukan," katanya.

Totong menuturkan penurunan perolehan laba perbankan juga disebabkan oleh faktor likuiditas yang ketat dan menurunnya prospek bisnis sehingga bank cenderung defensif dalam menjalankan bisnisnya.

"Kombinasi perlambatan pertumbuhan ekonomi dan likuiditas yang ketat memaksa bank untuk mengurangi penyaluran kreditnya. Risiko kredit juga menjadi rem dalam penyaluran kredit agar kualitas asset produktif tetap terjaga," ucapnya.

Menurutnya, penurunan laba juga disebabkan industri perbankan yang lebih menjaga kualitas kredit dan mengamankan kondisi likuiditas dibandingkan mendorong laju pertumbuhan kreditnya sepanjang 2014.

Totong menambahkan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans, (NPL) mengalami peningkatan juga menjadi salah satu penyebab penurunan perolehan laba.

Rasio gross NPL perbankan mengalami peningkatan dari 1,77% pada 2013 menjadi 2,36% pada 2014 dengan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) berada di level 19,57%.

NPL yang mengalami peningkatan, lanjutnya, akan membuat industri perbankan menyiapkan dana cadangannya untuk menjaga kualitas kreditnya.

"Ditengah perlambatan kondisi ekonomi dan kredit, bank akan meng-offset kerugian yang ditimbulkan dari penurunan kualitas kredit dengan memperbesar porsi cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan (CKPN)," terang Totong.

CKPN ini berfungsi untuk melakukan estimasi terhadap penurunan nilai aset keuangan dalam bentuk kredit dan aset produktif perbankan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper