Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EDUKASI DUIT: Bagaimana Menyikapi Penurunan Daya Beli?

Indonesia selama 10 tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang didorong oleh konsumerisme atau consumer driven economy. Ini bisa menyebabkan negara bangkrut. Oleh karena itu harus dikoreksi sesuai dengan kenyataan.
Goenardjoadi Goenawan. / Bisnis
Goenardjoadi Goenawan. / Bisnis

Untuk membahas kondisi ekonomi yang lesu saat ini, perlu dievaluasi mengenai konsumerisme di Indonesia.  Coba kita pikir, berapa jumlah hypermarket di Indonesia? Berapa jumlah mal di Indonesia?

Ada salah satu brand hypermarket di Indonesia sangat banyak jumlahnya.  Lebih dari 100 cabang. Alhasil melebihi jumlah cabang mereka di Malaysia, melebihi daripada di Thailand, bahkan di Taiwan, Hong Kong dan China.  Apa artinya? Artinya konsumerisme Indonesia berlebihan.

Indonesia selama 10 tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang didorong oleh konsumerisme atau consumer driven economy.  Ini bisa menyebabkan negara bangkrut.  Oleh karena itu harus dikoreksi sesuai dengan kenyataan.

Ibarat kendaraan mobil selama ini Indonesia memakai bensin secara boros.  Sekarang diarahkan menjadi mesin irit.  Menggunakan cara yang lebih hemat.  Kalau tidak ya lama-lama tanbang minyak Indonesia pun habis.  Ini persis dengan policy kebijakan subsidi BBM.  Ekonomi didorong oleh subsidi yang berlebihan tanpa ditunjang oleh investasi real

Ada indicator yang mengukur daya beli Indonesia dibandingkan dengan negara tetangga. Ada income GNP percapita. Ada indeks Mc Donald jumlah McD dibandingkan di negara lain.  Indeks konsumsi Cocacola. Indeks penggunaan PLN listrik.  Sehingga daya beli real Indonesia terhadap refrigerator, mesin cuci, AC, dll. Semua bisa dihitung.  Kalau sebelumnya timbul euphoria konsumerisme berlebihan ya harus dicek realitasnya.

Oleh karena itu bagaimana manufacturer menghadapinya?

1. Penurunan daya beli adalah akibat perubahan policy kebijakan subsidi BBM.  Ekonomi dulu didorong oleh subsidi yang berlebihan tanpa ditunjang oleh investasi real artinya secara jangka panjang ekonomi Indonesia lebih sehat.  Seperti RT Rumah tangga yang memakai kartu kredit sekarang dibatasi sesuai dengan kenyataan.

Akibatnya pertama, barang-barang yang terkena imbasnya langsung yang piramida terbawah.  Seperti merek sepeda motor yang dikutip dari berita media baru-baru ini.

"Pergeseran model terlaris di segmen bebek ini, kabarnya berhubungan langsung dengan kondisi perekonomian Indonesia yang lagi stagnan. Rata-rata pendapatan masyarakat yang tidak naik, membuat daya beli konsumen, khususnya di segmen menengah ke bawah terpukul. Alhasil, penjualan bebek entry level, seperti Revo ikut menyusut."

"Sedangkan, untuk segmen bebek kelas menengah sampai atas, penjualannya relatif lebih kebal terhadap krisis. Ini dibuktikan lewat penjualan model bebek terlaris, yang kini diisi oleh MX King, yang mengisi segmen premium."

2. Tetapi bukan berarti target 5 tahunan harus dikoreksi, justru ke depan 3-5 tahun kedepan ekonomi Indonesia akan menjadi sehat yaitu dari consumer driven economy menjadi investment driven economy.  Target tahun-tahun kedepan harus optimis.

Bagaimana manufacturer menyikapinya? Misalnya dengan inovasi produk menyasar golongan atas. Sekaligus melakukan penghematan biaya operational jangka pendek namun meningkatkan biaya training untuk persiapan jangka panjang lebih baik.

Bagaimana cara tepat manufacturer berkompetisi di saat ini?

Saat ini penjualan produk secara umum menurun.  Bagaimana cara tepat manufacturer berkompetisi di saat ini?

Ada 5 kondisi khusus untuk menyikapi persaingan di saat ekonomi lesu

1. Ada pepatah di saat kondisi khusus membutuhkan ukuran (measurement) khusus.  Misalnya sekarang penulis buku lokal sedikit karena masyarakat jenuh dengan buku-buku yang mirip isinya terutama tentang entrepreneur.  Logikanya di seat supply sedikit maka lebih mudah kalau saya terus konsisten menulis.  Pangsa pasar saya menjadi lebih berpotensi besar untuk bersaing di Toko buku.  Saya justru menulis 4 buku Money intelligent sekaligus.

2. Saat turbulence maka ada ancaman sekaligus ada opportunity.  Di saat semuanya menaik maka sulit melakukan inovasi. Begitu kondisi sulit maka beberapa pintu terbuka.

Misalnya profesi penulis kolom, dulu sangat sulit karena semua media online lagi maju dan berkembang. Sekarang dibutuhkan celah baru supaya hits meningkat.  Butuh inovasi kesegaran baru.  Saat inilah saya muncul sebagai paradigma segar mencari solusi.

3. Kalau penjualan menurun berarti manajemen mulai terbuka pikirannya terhadap cara-cara baru.  Di film Jenghis Khan terbaru dari BBC dijelaskan bahwa JK buta huruf tapi dia menggunakan instruksi dan manajemen tertulis dari penasehat pintar dari kelompok yang dia kalahkan.

Misalnya tahun 1998 ada merek Deterjen unggul melawan market leader dengan meninggalkan cara mengekor. Namun justru pakai cara inovatif yaitu deterjen Higinis pembunuh kuman. Akibatnya ini meningkatkan confident konsumen memang ini lebih bagus.  Sekaligus meluncurkan deterjen murah Daia.  Sehingga masyarakat menganggap "smart consumer" membeli yang lebih murah.

4.  Jasa marga tepat menyikapi Lebaran selama 2 minggu harga diskon.  Masyarakat senang dihormati paling tidak selama 2 minggu diskon padahal Jasa marga itu monopoli jalan tol.

Cobalah promosi BOGO buy one get one.  TWOGO buy two get one.   Ini cara promosi potong harga yang menarik tapi fleksibel di saat semester depan ekonomi membaik bisa dicabut.

5. Kalau dilihat Motivator biasa sudah juga beberapa alih profesi menjadi agen properti karena sekarang butuh cara segar untuk memotivasi.  Tidak bisa dengan asal Luar biasa! Super! Ujungnya ditawari properti. Berarti ada celah baru saat ini untuk membuka pikiran para team sales, sales manager, marketing manager, account manager, tenant manager, business development, site development, dll.

Penulis:
Goenardjoadi Goenawan
Penulis 10 buku buku manajemen
Trainer dan konsultan mengenai membuka paradigma baru tentang uang
goenardjoadi @ gmail.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper