Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah, IMF Sebut Indonesia Masih Aman

International Monetary Fund (IMF) menyatakan depresiasi nilai tukar rupiah saat ini bukan satu-satunya mata uang di dunia yang mengalami pelemahan.
Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF)
Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF)
Bisnis.com, JAKARTA - International Monetary Fund (IMF) menyatakan depresiasi nilai tukar rupiah saat ini bukan satu-satunya mata uang di dunia yang mengalami pelemahan.
 
Hari ini, Selasa (1/9/2015), nilai tukar rupiah ditutup di pasar spot berakhir di level Rp14.098 per dolar AS, melemah 31 poin atau terdepresiasi 0,22%.
 
Managing Director International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde mengatakan pelemahan ekonomi China dan rencana naiknya suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) atau Fed Fund Rate cukup menekan mata uang negara-negara di dunia khususnya emerging market termasuk Indonesia.
 
"Kita coba melihat dampaknya dari pelemahan ekonomi China, harga komoditas melemah, dan Fed fund rate, ini bisa memicu volatilitas," ujarnya di Jakarta, Selasa (1/9/2015).
 
Dia menilai posisi utang luar negeri Indonesia masih tergolong aman meski
nilai tukar rupiah saat ini dalam keadaan tertekan.
 
Kondisi ini berbeda dengan posisi utang Irlandia, Portugal, Cyprus yang lebih tinggi dan tidak aman.
 
"Indonesia masih aman, utang 28% dari GDP. Berbeda dengan Irlandia, Portugal, Cyprus, pinjamannya lebih tinggi," kata Largade.
 
Yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia dalam menghadapai turbulensi ekonomi ini yakni dengan melakukan berbagai antisipasi, salah satunya dengan melakukan moneter dan fiskal yang disiplin.
 
"Hal terbaik yang dilakukan adalah mengantisipasi kebijakan moneter dan fiskal. Mengurangi defisit. Stabilitas itu penting. Harus fiskal disiplin," ucapnya.
 
Kendati demikian, pihaknya optimistis Indonesiabisa melewati berbagai tekanan ekonomi yang datangnya dari luar terutama terkait pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
 
Pasalnya, perekonomian Indonesia telah teruji dalam menghadapi sejumlah gejolak ekonomi, seperti yang terjadi saat krisis keuangan pada 1998, 2008, dan guncangan ekonomi di 2013 lalu.
 
"Tapi kami di IMF yakin bahwa Indonesia jauh lebih siap dari yang sebelumnya untuk benar-benar menghadapi angin besar itu. Indonesia sudah memiliki fondasi ekonomi yang kuat dan ahli dalam mengatasi gejolak keuangan. Itu telah terbukti, ketika beberapa waktu lalu terjadi krisis keuangan yang menghancurkan ekonomi banyak negara. Begitu juga ketika terjadi gejolak pada 1998, 2008, dan 2013," tutur Lagarde.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper