Bisnis.com, CIREBON - Rendahnya literasi produk dan layanan keuangan pada masyarakat Indonesia terutama di daerah terpencil membuat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadikan financial inclusion sebagai salah satu program strategis terutama pada tahun ini.
Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK Agus Sugiarto mengatakan hal tersebut sejalan dengan tugas otoritas yaitu mengatur, mengawasi, dan melindungi terutama dalam hal layanan keuangan.
Agus juga menyatakan bahwa literasi dan inklusi keuangan berkaitan dengan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi makro ekonomi.
"Idealnya sebelum beli produk teliti sebelum membeli. Sama dengan produk jasa keuangan. Makanya perlu melakukan edukasi literasi," papar Agus dalam perjalanan menuju lokasi salah satu agen laku pandai di Cirebon, Sabtu (13/2/2016).
Hasil survei nasional literasi keuangan Indonesia tahun 2013 menunjukkan tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia hanya sekitar 21,80% dan tingkat inklusinya sekitar 59,74%.
Untuk meningkatkan tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat, otoritas telah melakukan beberapa program financial inclusion antara lain program Laku Mikro, Laku Pandai, dan tabungan SimPel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
