Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsolidasi perbankan gagal?

YOGYAKARTA: Kebijakan konsolidasi dan implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia  ternyata belum mampu meningkatkan kinerja industri, meskipun berbagai langkah regulator telah berada di jalur yang benar.Hal tersebut merupakan salah satu  kesimpulan

YOGYAKARTA: Kebijakan konsolidasi dan implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia  ternyata belum mampu meningkatkan kinerja industri, meskipun berbagai langkah regulator telah berada di jalur yang benar.Hal tersebut merupakan salah satu  kesimpulan disertasi Dirut Bank DKI Eko Budiwiyono guna meraih gelar doktor dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, kemarin. Bertindak sebagai  promotor adalah Profesor Nopirin dan penguji sejumlah bankir senior a.l. Widigdo Sukarman, Krisna Wijaya, dan Profesor Djokosantoso Moeljono.Eko melakukan analisis terhadap indikator keuangan penting 121 bank dalam kurun 19 tahun sejak 1991 hingga 2009. Secara khusus, mantan Dirut Jasindo ini juga membandingkan kinerja perbankan sebelum dan sesudah kebijakan Arsitektur Perbankan Indonesia 2004.Menurut Eko, kebijakan konsolidasi memiliki pengaruh yang berbeda terhadap ukuran kinerja bank yang berbeda pula. Merger memberikan pengaruh signifikan, tetapi negatif terhadap RoA, RoE, dan NIM.Adapun akuisisi berpengaruh signifikan dan juga negatif terhadap NIM. Baik merger dan akuisisi tidak berpengaruh terhadap capital adequacy ratio (rasio kecukupan modal/CAR) dan loan to deposit ratio (rasio kredit terhadap dana pihak ketiga/LDR).“Belum optimalnya pengaruh konsolidasi terhadap kinerja perbankan dipengaruhi faktor internal dan eksternal.  Salah satunya motif untuk perolehan profit tinggi dalam jangka pendek,” tutur Eko dihadapan sidang terbuka yang juga dihadiri puluhan bankir koleganya.RoA adalah return on asset, yakni sebuah indikator bagi bank dalam memperoleh keuntungan dari aset yang dikelola. RoE, return on equity, yakni ukuran tingkat pengembalian dari modal. Adapun NIM, net interest margin, adalah tingkat kemampuan bank meraih margin bunga dari dana masyarakat  dengan kredit yang disalurkan.Ekonom UGM Tony Prasentiantono yang hadir dalam pengukuhan menilai, kendati dalam hal pengukuran agregat memiliki basis data yang kokoh, penelitian tersebut kurang memperhatikan dinamika internal yang dialami individu bank dalam proses konsolidasi.Menurutnya hal tersebut penting sebagai acuan untuk mengatakan bahwa pilihan kebijakan yang ditempuh Indonesia sudah benar, tetapi memerlukan sejumlah perbaikan di sana-sini.Salah satu dewan penguji, Roberto Akywen juga sempat meminta Eko untuk menunjukkan kelemahan dalam disertasinya. Eko mengakui, data agregat memang tidak melihat kondisi masing-masing bank.“Namun ini masih diterima karena kita bicara soal kebijakan publik, berarti ukuranya adalah industri, dan agregat akan menunjunkkan tidak ada diskriminasi dalam pengolahan data penelitian,” tuturnya.(api) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper