Bisnis.com, JAKARTA - Memasuki kuartal III/2014, dari 4 Badan Usaha Milik Negara maupun anak usahanya yang ditargetkan melantai di bursa tahun ini, baru 1 yang terealisasi.
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan dalam sisa masa jabatannya tampaknya takkan mungkin memenuhi target itu. "Dalam waktu 2 bulan tidak bisa urus go public," ujarnya, Jumat (15/8/2014).
Dia menambahkan lebih realistis jika mengupayakan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) tahun depan.
"Kalau tahun depan bisa diusulkan kembali misalnya IPO PTPN VII. Saya juga akan mengusulkan Jiwasraya, perusahaan ini sudah menjadi BUMN yang kuat dan sangat seksi untuk go public," katanya.
Rencana IPO PT Perkebunan Nusantara (Persero) VII sudah didengungkan sejak 2013. IPO ini bertujuan untuk melunasi utang perseroan senilai Rp5 triliun.
Namun, langkah itu terganjal oleh pembentukan holding BUMN perkebunan yang tak kunjung selesai. Padahal, itu adalah salah satu syarat pemerintah agar perseoran bisa memuluskan niatnya untuk IPO.
PTPN VII adalah salah satu dari 4 BUMN yang direncanakan go public tahun ini selain PT Garuda Maintenance Facilities, PT PLN Batam, dan PT Wika Beton (Persero) Tbk.
Sejauh ini, baru Wika Beton, anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., yang resmi menjadi perusahaan terbuka awal April tahun ini dengan ticker WTON di Bursa Efek Indonesia.
Padahal otoritas bursa banyak berharap pada BUMN untuk bisa meramaikan pasar modal dalam negeri.
Tahun depan, tantangan untuk BUMN kian berat. Berdasarkan RAPBN 2015 BUMN ditargetkan menyumbang Rp41 triliun melalui setoran dividennya, naik 2,5% dibandingkan dengan APBN-Perubahan 2014 senilai Rp40 triliun.
Rinciannya adalah dari pendapatan laba BUMN perbankan senilai Rp8,79 triliun dan pendapatan dari BUMN nonperbankan senilai Rp32,20 triliun.
Dalam pidato pengantar RAPBN 2015, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memaparkan salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan dari sektor ini adalah dengan menggenjot profitabilitas dan likuiditas perusahaan.
Selain itu kebutuhan pendanaan juga harus dikelola dengan baik. Selama ini IPO dipandang sebagai salah satu cara untuk meningkatkan likuiditas sekaligus sebagai sumber pendanaan.
Namun, selain pertanyaan tentang terpenuhi atau tidaknya target IPO tahun depan. Pasar modal juga harus menghadapi tantangan dari perekonomian global.
Berulangkali otoritas fiskal dan moneter mengatakan tentang resiko yang dihadapi emerging market terkait rencana Bank Sentral AS, Federal Reserve (the Fed) menormalisasi kebijakan moneternya dengan menaikkan tingkat suku bunganya. Saat ini suku bunga yang dipatok mendekati 0%.
Adapun tahun ini, sepanjang semester I/2014 penerimaan negara dari BUMN tercatat mencapai Rp30,6 triliun.