Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Cara Bank Syariah Mandiri Turunkan Rasio Pembiayaan Bermasalah

PT Bank Syariah Mandiri (BSM) terus berupaya menjaga kualitas pembiayaan pada tahun ini.
Jajaran Direksi Bank Mandiri Syariah yang dipimpin Direktur Keuangan dan Strategi Agus Dwi Handaya berkunjung ke redaksi Bisnis Indonesia diterima Pemimpin Redaksi Arif Budisusilo, Senin (23 Feb)/Bayu Widagdo
Jajaran Direksi Bank Mandiri Syariah yang dipimpin Direktur Keuangan dan Strategi Agus Dwi Handaya berkunjung ke redaksi Bisnis Indonesia diterima Pemimpin Redaksi Arif Budisusilo, Senin (23 Feb)/Bayu Widagdo

Bisnis.com, JAKARTA--PT Bank Syariah Mandiri (BSM) terus berupaya menjaga kualitas pembiayaan pada tahun ini dengan menekan angka rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing.

Direktur Keuangan BSM Agus Dwi Handaya menuturkan mulai akhir tahun lalu pihaknya membentuk departemen yang khusus menanggani pembiayaan yang bermasalah.

Tahun lalu, NPF BSM berada di kisaran angka 6% dan tahun ini perseroan berusaha menekan angka NPF di kisaran level 5%.

“Saat ini di BSM ada bagian khusus yang menanggani pembiyaan bermasalah, seperti melakukan penagihan khusus bagi nasabah bermasalah, jadi yang bertugas untuk mengurus bisnis tidak terpecah fokusnya,” tutur Agus kepada Bisnis.com, Senin (23/2/2015).

Selain itu, BSM juga terus berupaya mempercepat proses lelang agunan nasabah bermasalah dan menggunakan jasa pengacara untuk menyelesaikan kasus pembiayaan bermasalah yang berat.

"Untuk tahun ini kami juga berencana meningkatkan pembiayaan sebesar 15% hingga 16%," katanya.

Dalam laporan publikasi yang disampaikan BSM kepada Bank Indonesia, total piutang murabaha perseroan sepanjang 2014 mencapai Rp33,7 triliun, istishna Rp38,27 miliar dan qardh mencapai Rp3,66 triliun.

Dana simpanan wadiah dan mudharabah masing-masing mencapai Rp6,88 triliun dan Rp52,39 triliun. Target lain perseroan dalam tiga tahun ke depan yakni menggenjot aset hingga Rp100 triliun.

 Hingga akhir 2014, aset BSM mencapai Rp66,94 triliun, hanya tumbuh sekitar 4,3% secara year on year dari posisi Rp64,13 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper