Bisnis.com, JAKARTA- Penurunan laba yang diraih PT Bank Pembangunan Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Bank DKI) tidak mempengaruhi rencana bank untuk naik kelas menjadi bank dengan status bank umum kegiatan usaha (BUKU) III.
Direktur Utama Bank DKI Eko Budiwiyono mengatakan perseroan tetap masih bisa memupuk keuntungan yang masih relatif besar karena penurunan laba dirasa tidak terlalu tajam.
"Tidak masalah [rencana naik BUKU]. Kami masih ada pemupukan laba yang cukup baik," ucapnya kepada Bisnis.com di Jakarta beberapa waktu lalu.
Seperti diketahui, bank milik Pemerintah Provinsi DKI ini memperoleh laba senilai Rp465,68 miliar atau turun 21,37% dari laba tahun sebelumnya yang senilai Rp592,2 miliar. Pada tahun ini, perseroan tidak membagi dividen kepada Pemprov DKI dengan tujuan naik ke BUKU III.
Penurunan laba ini disebabkan peningkatan biaya dana dan peningkatan provisi untuk memperkuat daya tahan dan cadangan terhadap kolektibilitas kredit. Beban bunga Bank DKI mengalami peningkatan sebesar 32,61% dari Rp1,007 triliun pada 2013 menjadi Rp1,335 triliun pada tahun lalu.
Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross perseroan juga meningkat dari 2,38% ke level 4,38% dan NPL net berada di level 2,92% dari tahun 2013 yang sebesar 1,47%.
"Sektor yang paling besar mengalami perburukan kredit itu sektor konstruksi, seperti yang terjadi secara industri," katanya.
Saat ini, modal inti yang dimiliki Bank DKI berada di kisaran Rp4 triliun dan masih memerlukan sekitar Rp1 triliun untuk menjadi bank BUKU III.
Dengan laba yang ditahan menjadi modal senilai Rp465,68 miliar, maka perseroan masih membutuhkan sekitar Rp500 miliar.
"Untuk bisa naik BUKU dalam waktu dekat, kami membutuhkan suntikan penyertaan modal pemerintah (PMP). Kami sudah mengusulkan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P), masih dibahas," ujar Eko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel