Bisnis.com, JAKARTA - Industri keuangan non bank ramai-ramai memangkas porsi saham pada kuartal II/2015 di tengah lesunya kondisi ekonomi dan finansial Indonesia.
Guna mengejar hasil investasi yang signifikan, beberapa pelaku industri keuangan non bank, misalnya asuransi jiwa dan dana pensiun, memprioritaskan alokasi investasi ke portofolio saham dan obligasi ketimbang saham, dan reksadana.
“Kami akan genjot di obligasi dan deposito. Pada saat yang sama, kami akan mengurangi porsi saham yang pergerakannya sangat fluktuatif,” kata Direktur Investasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Jeffry Haryadi di Jakarta, seperti dikutip Bisnis.com, Kamis (8/7/2015).
Sepanjang tahun ini, BPJS Ketenagakerjaan berambisi untuk meraup hasil investasi hingga Rp21 triliun atau naik 16,67% dari realisasi 2014 yakni Rp18 triliun. Per Mei tahun ini, lembaga nirlaba itu optimistis mampu merealisasikan target hasil investasi sekitar Rp10,5 triliun per semester I/2015.
Per kuartal I/2015, BPJS Ketenagakerjaan mendapatkan hasil investasi senilai Rp5,45 triliun. Capaian tersebut tercatat mengalami pertumbuhan dibandingkan hasil investasi pada kuartal I/2014 yang berkisar Rp3 triliun-Rp4 triliun.
“Porsi reksadana tidak akan berubah, mungkin hanya saham yang berkurang banyak. Kami berlakukan strategi investasi yang cukup konservatif pada paruh awal tahun ini,” ucapnya.
Tidak hanya itu, PT Jiwasraya (persero) juga berkomitmen untuk menjaga strategi investasi tetap konservatif. Salah satunya dengan mengurangi porsi saham dan mempertahankan proporsi rekasadan. Pada saat yang sama, perusahaan asuransi jiwa ini juga menambah alokasi ke deposito dan obligasi.
Hingga saat ini, portofolio investasi Jiwasraya terdiri dari deposito sekitar 20%, obligasi 20%, saham 18%, reksadana 40%, dan sisanya di properti.
“Porsi saham sekitar 18% itu mau dialihkan ke obligasi. Tetapi, untuk menjual itu [saham], cukup susah dengan kondisi saat ini,” jelas Direktur Keuangan Jiwasraya Hary Prasetyo.
Hasil investasi Jiwasraya tercatat naik tipis sekitar 1,5% dengan imbal hasil di bawah 5%. Padahal, dirinya menargetkan hasil investasi mencapai Rp1,5 triliun pada tahun ini.
“Realisasinya sekarang sih Rp600 miliar. Mudah-mudahan bisa tercapai sesuai dengan target. Ini kami lagi nunggu komitmen pemerintah dalam menggenjot sektor riil,” ucapnya.
Di sisi lain, Direktur Utama PT Asuransi Jiwa Central Asia Raya (CAR Life) Freddy Thamrin mengungkapkan pihaknya masih menghindari instrumen saham karena kondisi finansial belum stabil.
“Sekitar 30%-40% ditempatkan di obligasi, lalu diikuti reksadana 10%-15%, dan sisanya di saham dan deposito,” jelasnya.
Pada tahun ini, CAR Life berencana memperbesar alokasi investasi di pasar modal seperti obligasi, reksadana dan saham. Perusahaan asuransi jiwa yang terafiliasi dengan Salim Grup ini menargetkan hasil investasi double digit pada tahun ini.
“Tahun lalu, imbal hasil yang kami kantongi skeitar 7%. Sekarang, berharapnya bisa berkisar 15%-20%, tetapi ya lihat keadaan pasar juga lah,” ucapnya.[]