Bisnis.com, JAKARTA – Pasca penurunan suku bunga acuan (BI rate), sejumlah bank siap memangkas suku bunga kreditnya. PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) yang bergerak di sektor kredit perumahan rakyat (KPR) berencana menurunkan suku bunga KPR hingga 0,5%.
Direktur Utama BBTN Maryono menyambut positif penurunan BI rate. Ia mengatakan bahwa penurunan tersebut seharusnya sudah dilakukan sejak 2 bulan lalu.
"Ini adalah awal yang baik. Tapi seharusnya BI rate sudah turun sejak 2 bulan yang lalu. Penurunan ini akan memberikan dampak psikologis bagi bank-bank untuk menurunkan suku bunganya. Kami sendiri target [suku bunga KPR] turun bisa sampai 0,5%," katanya kepada Bisnis.com, Selasa (19/1/2016).
Maryono menambahkan bahwa penurunan tersebut juga turut dipengaruhi beberapa faktor, antara lain likuiditas bank. Pasalnya, perbankan akan dipaksa untuk melakukan efisiensi. Selain itu, dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), bank dituntut punya daya saing tinggi.
"Kalau bank tidak melakukan efisiensi pasti akan kalah dengan bank dari negara lain di Asean," ujarnya.
Direktur Treasury & Assets Management PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Iman Nugroho Soeko juga mengatakan bahwa penurunan BI rate ini diharapkan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. Hanya saja penurunan tersebut harus mempertimbangkan biaya dana atau cost of fund perbankan.
Terlebih, pemerintah bakal melakukan front loading penerbitan Surat Berharga Negara (SBN).
"Ini bisa menimbulkan crowding out the market, di mana dana-dana masyarakat tersedot ke SBN dan berdampak pada meningkatnya biaya dana perbankan," ucapnya kepada Bisnis belum lama ini.
Direktur Treasury & Assets Management PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Iman Nugroho Soeko juga mengatakan bahwa penurunan BI rate ini diharapkan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. Hanya saja penurunan tersebut harus mempertimbangkan biaya dana atau cost of fund perbankan.
Terlebih, pemerintah bakal melakukan front loading penerbitan Surat Berharga Negara (SBN).
"Ini bisa menimbulkan crowding out the market, di mana dana-dana masyarakat tersedot ke SBN dan berdampak pada meningkatnya biaya dana perbankan," ucapnya kepada Bisnis belum lama ini.
Untuk mengantisipasi naiknya biaya dana akibat mengetatnya likuiditas di pasar, Iman menyatakan pihaknya tidak menargetkan adanya peningkatan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang signfikan pada tahun ini. Emiten dengan kode saham BBTN tersebut menargetkan peningkatan NIM sebesar 26 bps dari 4,87% menjadi 5,13%.
Lebih lanjut, apabila penurunan suku bunga acuan ini dapat menekan cost of fund bank, Iman menyebut perseroan bakal menurunkan suku bunga kredit yang setara. Tetapi, apabila penurunan biaya dana tidak signifikan, BTN bakal memprioritaskan penurunan suku bunga kredit pada beberapa produk yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah.
Untuk kinerja perseroan BBTN per November 2015 total aset BBTN mencapai Rp167,289 triliun. Jumlah tersebut meningkat sebesar 17% (year-on-year) dari sebelumnya yang sebesar Rp142,271 triliun. Peningkatan tersebut disumbang oleh kredit dan pembiayaan serta dana pihak ketiga.
Pertumbuhan kredit naik dari Rp113,369 triliun menjadi Rp134,974 atau tumbuh 19,06% y-o-y. Begitu pula DPK yang tumbuh 18,03% y-o-y dari Rp103,099 triliun menjadi Rp121,69 triliun.
Sementara itu laba bersih BBTN tercatat sebesar Rp1,561 triliun atau naik 60,93% y-oy dari sebelumnya sebesar Rp970 miliar. Kenaikan tersebut diperoleh dari meningkatkan pendapatan bunga, menurunkan biaya dana (cost of fund) serta menumbuhkan pendapatan jasa (fee-based income).
Maryono juga optimis tahun ini pertumbuhan bisnis BBTN akan semakin baik. Pertumbuhan kredit perseroan diproyeksi pada tahun 2016 akan mampu mencapai angka 18%-19% alias di atas pertumbuhan kredit industri nasional.