Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Risiko Likuiditas, Bank Besar Mulai Antisipasi

Bank-bank besar Tanah Air mulai memasang strategi untuk mengantisipasi pengetatan likuiditas yang diprediksi menjadi tantangan utama pada tahun ini.
Dirut Bank Mandiri Tbk. Budi G Sadikin (kiri) berbincang dengan Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro, seusai rapat terbatas, di kompleks Istana Kepresidenan, Senin (2/3/2015)./JIBI-Akhirul Anwar
Dirut Bank Mandiri Tbk. Budi G Sadikin (kiri) berbincang dengan Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro, seusai rapat terbatas, di kompleks Istana Kepresidenan, Senin (2/3/2015)./JIBI-Akhirul Anwar

Bisnis.com, JAKARTA -- Bank-bank besar Tanah Air mulai memasang strategi untuk mengantisipasi pengetatan likuiditas yang diprediksi menjadi tantangan utama pada tahun ini.

Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pada akhir tahun lalu perseroan mengalami pengetatan likuiditas akibat dana simpanan ditarik oleh nasabah untuk membayar pajak. Dia mengakui biaya dana atau cost of fund yang ditanggung pihaknya mengalami peningkatan pada akhir tahun lalu.

"Nah, ke depan, kami mengantisipasi pengetatan likuiditas dengan memperbanyak transactional banking, sehingga perputaran dana nasabah ada di kami," ucapnya kepada Bisnis, Rabu (27/1/2016).

Kendati sempat mengalami likuiditas ketat, Budi menuturkan, saat ini rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) emiten dengan ticker BMRI ini dinilai masih aman, yakni berada di kisaran 87%.

Laporan kinerja keuangan perseroan menunjukkan per kuartal III/2015, LDR Bank Mandiri berada di level 84,27% atau turun tipis sebesar 7 basis poin dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni 84,34%. 

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Maryono mengatakan, pihaknya telah mengantisipasi risiko pengetatan likuiditas pasca-penerbitan surat berharga negara (SBN) oleh pemerintah.

"Kami telah antisipasi dengan mencari pendanaan jangka menengah dan panjang yang sewaktu-waktu dapat dicairkan," ujarnya.

Seperti diketahui, BBTN pada tahun ini membutuhkan pendanaan di luar dana masyarakat sekitar Rp10 triliun. Perseroan bakal mencari pendanaan melalui surat utang atau obligasi, negoitable certificate deposit (NCD), efek beragun aset surat partisipasi (EBA-SP), maupun pinjaman bilateral.

Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan III OJK Irwan Lubis mengatakan, per November 2015 rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) perbankan nasional mencapai 90,48%.

"Pertumbuhan dana itu tantangan besar karena dengan LDR mencapai 90%, tidak mudah bagi bank untuk mencapai pertumbuhan kredit tanpa didukung pertumbuhan dana yang baik," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper