Bisnis.com, JAKRTA - PT Bank BNI Syariah memilih strategi lebih berhati-hati dalam memilih nasabah calon penerima pembiayaan guna menghindari risiko pembiayaan bermasalah.
Direktur BNI Syariah Dhias Widhiyati mengatakan, hingga saat ini profil nasabah yang dimiliki perseroan masih fokus pada debitur yang berada dalam jaringan rantai pasok debitur induk perusahaan yakni PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Selain itu, lanjut Dhias, perseroan juga memilih debitur dari sektor prioritas yang mendapatkan dukungan dari pemerintah. Sektor jasa, kesehatan, dan pendidikan juga menjadi pilihan selama debitur memiliki rekam jejak yang baik.
“Nasabah yang dibiayai sudah berpengalaman lama di bidang tersebut dan sudah terbukti marketnya,” ujarnya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Di sisi lain, menurut Dhias, ketika terjadi pemburukan kondisi debitur, pihaknya akan terlebih dahulu melihat lebih dalam kondisi nasabah. Apabila debitur masih dapat diselamatkan, maka perseroan akan memberikan pendampingan untuk menentukan langkah-langkah penyelamatan.
“Namun apabila tidak bisa diselamatkan maka fokus kami adalah bagaimana meminimalkan kerugian,” katanya.
Adapun, total pembiayaan yang disalurkan oleh BNI Syariah per akhir semester I/2017 adalah senilai Rp22,56 triliun. Nilai tersebut tumbuh 18,85% dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama pada tahun lalu senilai Rp18,98 triliun.
Dari total pembiayaan sebesar Rp22,56 triliun tersebut, sebagian besarnya merupakan pembiayaan konsumer 51,9%, disusul pembiayaan ritel produktif atau UKM 21,7%, komersial 19,3%, mikro 5,6%, dan kartu pembiayaan Hasanah Card sekitar 1,5%.
Pertumbuhan pembiayaan disertai kenaikan rasio pembiayaan bermasalah (NPF) secara gross maupun net. Rasio NPF gross per akhir Juni tahun ini 3,38% sedangkan NPF net sebesar 1,76%. Manajemen perseroan menyatakan, kenaikan NPF ini tepengaruh melemahnya harga komoditas.