Bisnis.com, DENPASAR-- PT Kimia Farma (Persero) Tbk mengharapkan tambahan pendapatan Rp50 miliar-Rp100 miliar dari Fasilitas Produksi Rapid Test yang akan memulai produksi awal Februari 2018.
Direktur Utama Kimia Farma Honesti Basyir mengatakan pada tahun pertama pabrik ini ditargetkan mampu memproduksi 30 juta alat tes kesehatan atau sekitar 100 ribu per hari.
“Rapid test ini bisa digunakan untuk pemeriksaan medis awal dengan menggunakan peralatan yang sederhana tapi memberikan hasil dalam waktu yang cepat,” katanya seusai peresmian fasilitas produksi rapid test, Rabu (24/1/2018).
Menurut Honesti untuk membangun gedung dan membeli peralatan produksi Kimia Farma mengeluarkan dana sebesar Rp26 miliar, tidak termasuk lahan seluas 375 meter persegi yang sebelumnya telah dimiliki perseroan.
“Ini merupakan komitmen Kimia Farma mendukung pemerintah mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat serta dan memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional,” ujarnya.
Fasilitas produksi rapid test Kimia Farma merupakan pabrik yang dapat memproduksi alat diagnostik rapid test skala industri di Indonesia. Untuk tahap awal akan memproduksi alat kesehatan untuk tes kehamilan (hCG), hepatitis (HBsAg), sifilis, malaria, dan dengue (IgG/IgM test).
Baca Juga
Sedangkan test kit yang sedang dalam proses perizinan untuk diproduksi pada tahap berikutnya adalah alat tes HIV 1&2 Test serta tes narkoba seperti tes morfin, kokain, mariyuana, amfetamin, ekstasi, dan benzodiazepin.
Honesti menambahkan pabrik alat tes kesejatan ini merupakan wujud komitmen kemandirian Kimia Farma yang diharapkan dapat mengembangkan produk lokal dan menjadikan perseroan menjadi perusahaan ‘healthcare’ pilihan utama yang terintegrasi dan menghasilkan nilai yang berkesambungan.
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek pada saat peresmian mengatakan fasilitas produksi rapid test ini diharapkan mampu membantu pemerintah mengurangi jumlah penderita penyakit menular serta menurunkan tingkat penularan dan angka kematian di masyarakat.
Kata dia penyakit seperti hepatitis, malaria, demam berdarah, sifilis, dan HIV merupakan penyakit yang perlu mendapatkan perhatian dan penanganan lebih karena kontribusinya yang tinggi dalam menyumbangkan jumlah angka kematian penduduk.
Ia berpesan Kimia farma lebih meningkatkan pasar domestik dalam rangka pemenuhan kebutuhan dalam negeri melalui sistem e-catalogue sebagai implementasi Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Farmasi dan Industri Alat Kesehatan.