Bisnis.com, JAKARTA—Kredit berdenominasi valuta asing alias valas sampai dengan pengujung 2017 menunjukkan tren kenaikan. Terpantau sejak 2012 hingga tahun lalu setiap tahunnya permintaan pinjaman valas meningkat.
Statistik Sistem Keuangan Indonesia (SSKI) yang dipublikasikan Bank Indonesia mencatat per akhir tahun lalu kredit valas bertengger di kisaran Rp709,80 triliun. Nominal ini menunjukkan kenaikan sekitar 8,56% dari Rp653,82 triliun.
Pengamat Ekonomi ADB Institute Eric Sugandi berpendapat, permintaan kredit valas kemungkinan akan terus meningkat seiring dengan asumsi perbaikan ekonomi serta pemulihan bisnis di sektor komoditas pertambangan.
“Ada kemungkinan permintaan kredit valas membaik dengan asuumsi ekonomi dan bisnis komoditas membaik juga sehingga pengusaha butuh valas untuk pengadaan barang modal. Tapi kita juga harus perhatikan nilai tukar rupiah, saya rasa rupiah yang tertekan ini temporer,” ucapnya kepada Bisnis, Minggu (4/3/2018).
SSKI dari bank sentral mencatat bahwa pada 2012 kredit valas berkisar Rp434,06 triliun. Pada tahun-tahun setelahnya terus meningkat, yakni Rp582,60 triliun (2013), Rp629,44 triliun (2014), dan Rp647,48 triliun (2015).