Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bansos Diragukan Jadi Pendorong Ekonomi

Bantuan sosial diragukan dapat mendorong pertumbuhan konsumsi secara masif ke kisaran 5,2 persen.
Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) menyapa warga saat acara penyaluran Dana Bantuan Sosial Non Tunai Program Keluarga Harapan (PKH) kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM), di Jakarta, Kamis (10/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) menyapa warga saat acara penyaluran Dana Bantuan Sosial Non Tunai Program Keluarga Harapan (PKH) kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM), di Jakarta, Kamis (10/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Bantuan sosial diragukan dapat mendorong pertumbuhan konsumsi secara masif ke kisaran 5,2 persen.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia M. Faisal menuturkan bantuan sosial yang disalurkan pemerintah hanya menyentuh masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan.

Dalam hal ini, 40 persen masyarakat penghasilan rendah belum tentu mendapatkan bantuan sosial. Secara umum, 40 persen masyarakat kelompok ini hanya berkontribusi sebesar 17 persen terhadap konsumsi di dalam negeri.

"Kalau memotong di antara 40 persen masyarakat berpenghasilan terbawah tersebut, dengan rate angka kemiskinan sekitar 9 atau 10 persen, berarti konsumsi kelompok masyarakat yang 10 persen itu kontribusinya kurang dari 5 persen. Dibilang masif, jelas tidak," ujar Faisal, Jumat (22/03/2019).

Kendati tidak berkontribusi besar, Faisal masih melihat peran bantuan sosial seperti PKH dan BPNT cukup besar untuk mendukung daya beli masyarakat.

Menurutnya, kebijakan pemerintah menaikkan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN) --PNS, TNI dan Polri-- justru diperkirakan akan lebih mendorong konsumsi.

Walaupun jumlah ASN hanya beberapa puluh juta, tetapi belanja kelompok menegah tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok miskin.

"Jadi kalau dibandingkan efek bansos dan kenaikan gaji ASN, saya kira lebih besar kenaikan gaji ANS ini," ujar Faisal.

Dalam kondisi perlambatan di sisi investasi dan defisit neraca perdagangan, dia tidak meragukan bahwa konsumsi swasta dan rumah tangga yang akan berperan menopang ekonomi. Setidaknya, dia berharap pemerintah dapat menjaga konsumsi rumah tangga stabil.

"Walaupun tidak naik, paling tidak stabil" .

Sejauh ini, CORE Indonesia melihat konsumsi rumah tangga cukup stabil. Dia mengkhawatirkan ada indikasi perlambatan. Namun, CORE Indonesia masih menunggu data Februari dan Maret.

"Ini terlihat di beberapa indikator, tetapi sampai Januari masih bisa dikatakan stabil," kata Faisal. 

Ekonom PT Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih ragu melihat penyaluran bantuan sosial hingga Februari yang belum terlalu besar.

"Jika pengeluaran bansos lebih agresif, [konsumsi] bisa jadi mendekati 5,2 persen. Saya bilang mendekati ya," ungkap Lana.

Dia menuturkan keraguan ini timbul karena penjualan ritel, semen, mobil dan motor sepanjang Januari ini melambat, kecuali peritel Ramayana yang masuk di segmen konsumen kelas menegah bawah.

Lana mengakui peritel kelas menegah bawah yang meningkat ini memberikan indikasi bahwa konsumsi masyarakat dari kelas tersebut bergeliat.

Namun, konsumsi masyarakat kelas menegah atas kemungkinan masih tertahan. Lana melihat masyarakat di kelas ini cenderung menunda konsumsi karena faktor puasa dan Lebaran serta tahun ajaran baru yang waktunya bersamaan.

"Kalaupun ada pengeluaran, mereka membeli tiket mudik saat ini," katanya.

Adapun efek kenaikan gaji ASN sebesar 5 persen, Lana tidak yakin efeknya akan terasa pada kuartal I/2019 karena kenaikan gaji baru akan dibayarkan pada 1 April 2019 dan itu akan dirapel mulai 1 Januari 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Akhirul Anwar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper