Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Dana Kelolaan : Bank Belum Terlalu Agresif

Kalangan perbankan masih belum terlalu memprioritaskan bisnis dana kelolaan sebagai layanan unggulan yang dapat dikembangkan lebih intensif, menimbang tingginya biaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk lini bisnis ini.
Karyawan Bank Central Asia melayani nasabah, di Jakarta, Jumat (23/2/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Karyawan Bank Central Asia melayani nasabah, di Jakarta, Jumat (23/2/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA—Kalangan perbankan masih belum terlalu memprioritaskan bisnis dana kelolaan sebagai layanan unggulan yang dapat dikembangkan lebih intensif, menimbang tingginya biaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk lini bisnis ini.

Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia, total nilai surat berharga bank umum konvensional pada April 2019 tercatat Rp1.031,63 triliun, atau turun 5,49% (year-on year/yoy). Penurunan paling tajam ditunjukkan oleh surat perbendaharaan negara (SPN), yakni 33,55% (yoy).

Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Santoso menuturkan perseroan hanya melakukan perekrutan SDM untuk lini bisnis dana kelolaan sesuai dengan peningkatan volume dana kelolaan.

"Peningkatan kuantitas itu ada, tetapi itu dinamis mengikuti perkembangan volume bisnis dana kelolaan ini," ucap Santoso, Selasa (2/7/2019).

Santoso mengatakan, perseroan lebih fokus pada penjagaan kualitas agen pengelola aset dengan memberikan program pengembangan internal berkala.

"Bahkan, pembekalan setiap hari juga sudah mulai dilakukan. Hal ini agar agen pengelola aset mengetahui dinamika dari pasar keuangan dalam negeri," ujarnya.

Adapun, Santoso menyampaikan total nasabah yang menggunakan produk ini adalah lebih dari 250.000 dengan mayoritas nasabah dari nasabah prioritas dan privat.

Total staf dana kelolaan saat ini tercatat sekitar 640 orang, yang tersebar di 150 kantor cabang prioritas.

Santoso menyebutkan perseroan saat ini masih menjadikan bisnis dana kelolaan hanya sebagai pelayanan ekstra bagi nasabah prioritas.

Meski demikian, dia menyampaikan bisnis dana kelolaan semakin besar setiap tahunnya. Hal ini terlihat dari semakin besarnya dana kelolaan yang berasal dari nasabah prioritas ini.

"Dananya selalu bertambah, tetapi kalau untuk pendapatan non bunga dari dana kelolaan, baru sebatas jika mereka membeli produk kami saja," katanya.

Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk. Rohan Hafas menuturkan perseroan memiliki lebih dari 300 staff yang tersebar di seluruh outlet prioritas di seluruh Indonesia.

Staf-staf ini, lanjutnya, melayani pengelolaan dana nasabah dari segmen prioritas dan segmen privat, dengan total nilai fund under management (FUM) lebih dari Rp200 triliun.

Rohan menyampaikan perseroan tak memiliki keluhan terkait pengembangan SDM dari bisnis dana kelolaannya.

"Kami fokus pada pelatihan dan pembekalan secara reguler untuk memastikan bahwa seluruh staf layanan prioritas dan private banking terupdate dengan produk-produk keuangan terkini yang bisa dimanfaatkan sesuai kebutuhan nasabah," katanya.

Sebaliknya, Head of Wealth Management & Client Growht PT Bank Commonwealth Ivan Jaya menyampaikan perseroan tidak terlalu fokus pada peningkatan kuantitas agen pengelola aset. Pasalnya, perseroan sudah mulai bergeser dari nasabah prioritas ke nasabah ritel.

Bahkan, dia menyampaikan, perseroan sudah mulai dapat menjangkau nasabah ritel dengan penggunaan aplikasi CommBank SmartWealth, yang dirilis awal tahun ini.

"CommBank SmartWealth akan menjadi fokus kami ke depannya. Selain lebih mudah bagi nasabah, perseroan juga dapat menjangkau nasabah lebih banyak dengan bantuan teknologi," jelasnya.

Ivan menuturkan Bank Commonwealth memiliki sekitar 200 orang yang bertindak sebagai relationship manager, investment specialist, bancassurance specialist, dan foreign exchange specialist.

Bank milik Commonwealth Bank of Australia (99,00%) ini, memberikan program pelatihan dan pendidikan yang sejalan dengan perkembangan teknologi digital secara terencana dan berkesinambungan.

"Program pengembangan ini kami lakukan baik melalui pelatihan tatap muka, maupun pelatihan secara online," katanya.

Berdasarkan laporan publikasi Bank Commonwealth, total surat berharga yang tersedia untuk dijual pada kuartal pertama tahun ini tercatat Rp2,28 triliun, atau naik 4,48% (year-on-year/yoy).

Namun, pendapatan operasional non bunga dari penjualan surat berharga mencapai Rp14,29 miliar, turun 39,39% (yoy).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper