Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Pan Indonesia Tbk. masih memandang penempatan surat berharga sebagai instrumen potensial untuk memaksimalkan pendapatan.
Berdasarkan data Asian Bonds Online, imbal hasil obligasi negara Indonesia mengalami penurunan paling besar di antara negara lain di Asia Pasifik, yaitu sebesar 54,4 basis poin menjadi 6,52 persen.
Kendati demikian, imbal hasil tersebut masih menjadi juara di kawasan Asia Pasifik. Filipina di tempat kedua memiliki return obligasi sebesar 4,38 persen dan Malaysia di posisi ketiga sebesar 2,94 persen.
Namun, langkah ini hanya akan dilakukan di saat permintaan kredit yang semakin rendah dan likuiditas mulai melonggar.
"Intinya, setiap kemungkinan dan kesempatan yang ada akan dimanfaatkan untuk menjadikan aset produktif yang menghasilkan pendapatan," kata Presiden Direktur PT Bank Pan Indonesia Tbk. Herwidayatmo, Minggu (23/2/2020).
Total surat berharga Bank Panin per September 2019 adalah Rp18,1 triliun, naik 32,1 persen dari periode sama 2018 Rp13,7 triliun.
Adapun, di tengah wabah virus corona, Herwidayatmo menyebutkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memperingatkan pelaku industri perbankan untuk meningkatkan pengawasan pada setiap debitur lokal yang menggunakan bahan baku dari China, atau menjual produk-produk Negeri Tirai Bambu itu.
Hal ini disebabkan potensi penurunan kinerja debitu tersebut besar karena akan terganggu pasokan bahan baku maupun produk jadi yang dijual. "Tentu akan ada dampak pada kredit, semua diminta mewaspadai hal ini," katanya.