Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adu Tangguh Kinerja Bank Konglomerat pada Semester I/2025

Pada semester I/2025, bank-bank konglomerat menghadapi tantangan ekonomi global dan domestik. Bank dengan laba bersih Rp29,02 triliun memimpin klasemen.
Potret Presiden Pertama RI Sukarno dan Wakil Presiden Pertama RI Mohammad Hatta dalam uang lembar Rp100.000. / Bloomberg-Brent Lewin
Potret Presiden Pertama RI Sukarno dan Wakil Presiden Pertama RI Mohammad Hatta dalam uang lembar Rp100.000. / Bloomberg-Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA — Paruh pertama 2025 menjadi ajang adu ketangguhan bank-bank yang berada di bawah kendali kelompok usaha besar tanah air alias bank besutan konglomerat.

Semester I/2025 menjadi momentum penuh tantangan bagi perekonomian, terutama karena dampak faktor eksternal seperti tekanan geopolitik hingga tarif Trump. Di dalam negeri, isu daya beli dan laju pertumbuhan kredit membayangi industri perbankan.

Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi semester I/2025 mencapai 4,99%, melambat dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,03%.

Di tengah kondisi ekonomi dan perbankan yang penuh tantangan, PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) milik Grup Djarum masih memimpin pertumbuhan, sementara sejumlah bank lain seperti Bank Mega (CT Corp), Bank Ina Perdana (Grup Salim), hingga Bank Sinarmas dan Bank Sampoerna menunjukkan performa beragam.

BCA 

PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), bank berkapitalisasi jumbo milik Djarum, membukukan laba bersih konsolidasian sebesar Rp29,02 triliun pada semester I/2025, naik 8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp26,88 triliun.

Peningkatan laba ditopang oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang mencapai Rp42,64 triliun, naik 6,8% dari Rp39,95 triliun pada semester I/2024. Pendapatan bunga bruto tercatat sebesar Rp49,37 triliun atau naik 7% secara tahunan (year on year/YoY), sementara beban bunga meningkat menjadi Rp6,73 triliun dari Rp6,18 triliun.

BCA juga membukukan kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) sebesar Rp2,01 triliun, naik dari Rp1,41 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Di sisi intermediasi, penyaluran kredit tumbuh 12,9% (YoY) menjadi Rp959,13 triliun, dari Rp849,69 triliun pada semester I/2024. Cadangan kerugian penurunan nilai atas kredit yang diberikan tercatat sebesar Rp34,13 triliun, sedikit turun dari Rp34,53 triliun.

Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) naik menjadi Rp1.189,80 triliun, dibandingkan Rp1.125,13 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Dari jumlah tersebut, dana murah atau current account savings account (CASA) mendominasi dengan nilai Rp982,13 triliun, tumbuh 7,3% (YoY) dari Rp915,19 triliun.

Total aset BCA pada semester I/2025 mencapai Rp1.504,12 triliun, meningkat dari Rp1.425,42 triliun setahun sebelumnya.

Bank Mega

PT Bank Mega Tbk. (MEGA) yang dikendalikan Chairul Tanjung lewat CT Corp mencetak laba bersih sebesar Rp1,36 triliun pada semester I/2025, naik 10,8% dibandingkan Rp1,23 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, pendapatan bunga bersih tercatat turun 5,1% menjadi Rp2,56 triliun dari Rp2,70 triliun pada semester I 2024. Penurunan ini terjadi di tengah kenaikan beban bunga menjadi Rp2,63 triliun, dari sebelumnya Rp2,48 triliun.

Secara rinci, pendapatan bunga perseroan relatif stabil di level Rp5,20 triliun, hanya naik tipis dari Rp5,18 triliun. Namun, kerugian impairment meningkat menjadi Rp220,85 miliar dari Rp117,59 miliar pada tahun lalu.

Dari sisi intermediasi, penyaluran kredit tumbuh 5,1% menjadi Rp67,39 triliun, sedangkan cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan atas kredit yang diberikan naik menjadi Rp736,32 miliar dari Rp648,29 miliar.

Penghimpunan DPK tercatat turun menjadi Rp86,30 triliun dari Rp89,48 triliun. Komposisi dana murah juga menyusut menjadi Rp26,93 triliun dari Rp30,97 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Total aset Bank Mega pada akhir Juni 2025 mencapai Rp129,69 triliun, sedikit meningkat dari Rp128,08 triliun pada Juni 2024.

Bank Ina Perdana 

PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) yang dikendalikan Grup Salim mengalami tekanan kinerja pada semester I/2025. Laba bersih perseroan anjlok 64,15% menjadi Rp24,69 miliar dibandingkan dengan periode sama tahun lalu Rp68,88 miliar. 

Penurunan laba ini seiring dengan susutnya pendapatan bunga bersih. Tercatat, pendapatan bunga bersih Bank Ina turun 13,44% menjadi Rp320,44 miliar dari sebelumnya Rp370,15 miliar.

Secara rinci, pendapatan bunga perusahaan merosot 14,21% menjadi Rp1,37 triliun dibandingkan Rp1,6 triliun pada semester I/2024. Di sisi lain, beban bunga menyusut 14,44% menjadi Rp1,05 triliun dari Rp1,23 triliun, tetapi nilainya masih menekan margin bunga bersih bank.

Beban pencadangan juga mengalami penurunan. Kerugian penurunan nilai aset keuangan turun 33,32% menjadi Rp29,67 miliar dari Rp44,51 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Dari sisi intermediasi, penyaluran kredit Bank Ina tumbuh 4,74% menjadi Rp13,55 triliun dibandingkan Rp12,93 triliun pada semester I/2024. Sementara cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan atas kredit yang diberikan susut 17,26% menjadi Rp281,63 miliar dari Rp340,51 miliar. 

DPK Bank Ina naik signifikan 16,95% menjadi Rp21,56 triliun dari Rp18,44 triliun. Porsi dana murah juga meningkat 26,35% menjadi Rp7,11 triliun dari Rp5,63 triliun.

Dari sisi neraca, total aset Bank Ina pada semester I/2025 tumbuh 11,26% menjadi Rp25,97 triliun dibandingkan Rp23,34 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Bank Sinarmas

Bank Sinarmas besutan Grup Sinarmas membukukan penurunan kinerja pada paruh pertama 2025. Laba bersih per Juni 2025 tercatat Rp170,11 miliar, turun 14,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp199,20 miliar.

Pendapatan bunga bersih perseroan turun 22,9% menjadi Rp1,05 triliun dari Rp1,36 triliun pada semester I/2024. Dari sisi pendapatan bunga, tercatat sebesar Rp1,56 triliun atau terkoreksi 16,7% dari Rp1,87 triliun, sementara beban bunga menyusut tipis 0,39% menjadi Rp514,61 miliar dari Rp516,63 miliar.

Beban kerugian impairment membaik, tercatat sebesar Rp24,81 miliar atau turun 50,2% dari Rp49,76 miliar pada semester I 2024.

Dari sisi intermediasi, penyaluran kredit perseroan per Juni 2025 mencapai Rp12,24 triliun, merosot 26,6% dari Rp16,67 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan atas kredit yang diberikan juga berkurang 20,5% menjadi Rp1,26 triliun dari Rp1,58 triliun.

Penghimpunan DPK tercatat Rp38,88 triliun, turun 8,0% dibandingkan Rp42,24 triliun pada semester I 2024. Dana murah terkoreksi 4,6% menjadi Rp28,58 triliun dari Rp29,95 triliun.

Total aset Bank Sinarmas per Juni 2025 mencapai Rp49,52 triliun, turun 5,5% dari Rp52,40 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Bank Panin

PT Bank Panin Tbk. (PNBN) di bawah kendali Panin Group mencatatkan laba bersih Rp1,42 triliun pada semester I 2025, tumbuh 4,33% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,37 triliun.

Pendapatan bunga bersih tercatat turun 1,97% menjadi Rp4,39 triliun dari sebelumnya Rp4,48 triliun. Penurunan ini terjadi meski pendapatan bunga naik 3,57% menjadi Rp7,83 triliun, seiring beban bunga yang melonjak 11,61% menjadi Rp3,44 triliun.

Beban kerugian penurunan nilai aset keuangan naik 12,48% menjadi Rp897,45 miliar dari Rp797,79 miliar.

Dari sisi intermediasi, penyaluran kredit naik tipis 0,69% menjadi Rp148,64 triliun. Sementara cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) atas kredit yang diberikan menurun 8,43% menjadi Rp7,38 triliun.

DPK tumbuh 5,18% menjadi Rp150,98 triliun. Komposisi dana murah relatif stabil di Rp62,66 triliun, hanya naik tipis 0,25% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Bank Panin mencatatkan nilai total aset tercatat Rp228,05 triliun atau tumbuh 4,03% dari semester I 2024 yang sebesar Rp219,22 triliun.

Bank Multiarta

PT Bank Multiarta Sentosa Tbk. (MASB) bagian dari Wings Group membukukan laba bersih periode berjalan sebesar Rp99,87 miliar pada semester I/2025. Capaian itu turun 3,51% (YoY) dari sebelumnya Rp103,52 miliar. 

Mengutip laporan keuangan kuartal II/2025 yang dipublikasikan melalui website resminya, Minggu (3/8/2025), pendapatan bunga Bank Multiarta Sentosa tumbuh 9,38% (YoY) menjadi Rp932,40 miliar. 

Sepanjang periode yang sama, beban bunga ikut terkerek sebesar 8,82% (YoY), menjadi Rp479,24 miliar. Dengan demikian, pendapatan bunga bersih bank bagian dari Wings Group itu tercatat meningkat 9,97% (YoY), menjadi Rp453,15 miliar pada semester I/2025.

Terkait fungsi intermediasi, penyaluran kredit yang diberikan Bank Multiarta Sentosa tercatat sebesar Rp12,17 triliun pada semester I/2025 atau naik 20,09% dibanding semester I/2024 yang tercatat sebesar Rp10,13 triliun.

Adapun, DPK perseroan yang dihimpun mencapai Rp26,11 triliun atau naik 5,23% pada semester I/2025, dengan komposisi dana murah sebesar Rp8,87 triliun. 

Dari sisi rasio keuangan, Bank Multiarta Sentosa membukukan rasio NIM sebesar 3,25% atau meningkat dibandingkan 3,08%.

Untuk kualitas kredit yang tercermin dari rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) terlihat ada penurunan dengan pembengkakan NPL gross dari 3,19% pada semester I/2024 menjadi 3,68% per Juni 2025. 

Efisiensi perseroan juga mengalami penurunan dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional atau BOPO yang naik dari 84,70% menjadi 86,87%.

Bank Sampoerna 

PT Bank Sahabat Sampoerna milik Grup Sampoerna membukukan laba bersih sebesar Rp11,24 miliar pada semester I 2025, merosot 72% dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai Rp40,13 miliar.

Pendapatan bunga bersih bank ini ikut tertekan 11,87% menjadi Rp338,44 miliar dari sebelumnya Rp383,93 miliar. Pendapatan bunga turun menjadi Rp775,20 miliar dari Rp832,07 miliar, sementara beban bunga juga menyusut tipis menjadi Rp436,77 miliar dari Rp448,14 miliar.

Beban kerugian penurunan nilai aset keuangan tercatat Rp92,04 miliar, lebih rendah dibanding Rp139,36 miliar pada semester I 2024.

Penyaluran kredit Bank Sampoerna terkoreksi 4,99% menjadi Rp11,73 triliun dari Rp12,34 triliun. Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan atas kredit yang diberikan naik tipis menjadi Rp347,00 miliar dari Rp338,83 miliar.

DPK juga turun 7,75% menjadi Rp13,19 triliun, meski dana murah atau CASA melonjak 51,55% menjadi Rp2,54 triliun dari Rp1,67 triliun. Total aset bank ini turun menjadi Rp17,69 triliun dari Rp18,36 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro