Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah saham bank, khususnya pemain niche dan segmen menengah, menggeliat pada perdagangan Selasa (12/8/2025). Pergerakan agresif ini memantik euforia di lantai bursa, dengan beberapa di antaranya mencatat lonjakan harga dua digit.
PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) menjadi salah satu bintang hari ini. Dibuka naik 2,08% atau 6 poin ke Rp294 per saham, harga BBYB melesat hingga 22,2% atau 64 poin ke Rp352 per saham pada pukul 14.24 WIB. Dalam sepekan, saham bank digital ini sudah terkerek 34,62%.
PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) juga mencatat penguatan signifikan. Dibuka naik tipis 0,92% atau 2 poin ke Rp220, saham AGRO melaju hingga menyentuh level tertinggi Rp252 per saham atau melesat 15,6% pada perdagangan hari ini.
Saham PT Bank Jago Tbk. (ARTO) tak mau ketinggalan. Dibuka menguat 0,5% atau 10 poin ke Rp2.270, ARTO sempat terkoreksi, tetapi bangkit hingga menyentuh Rp2.360 per saham atau naik 18% sebelum bertahan di level Rp2.300 (+15%) pada pukul 14.24 WIB.
Kenaikan juga terlihat pada saham PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP) yang menguat 5% ke Rp63 per saham, serta PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) yang naik 3,84% ke Rp54 per saham. Saham PT Bank MNC Kapital Indonesia Tbk. (BCAP) pun ikut menguat 3,28% ke Rp63.
Selain itu, Bank Mayapada (MAYA) naik 3,21% ke Rp193, dan PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK) menguat 3,05% ke Rp845 per saham.
Baca Juga
Tidak hanya bank niche, empat bank besar juga menghijau. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) naik 3,22% ke Rp8.825, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) melompat 4,72% ke Rp3.990, PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) naik 3,81% ke Rp4.900, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) menguat 4,76% ke Rp4.400.
Sentimen Positif dari The Fed dan BI
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, M. Nafan Aji Gusta, menjelaskan bahwa euforia ini dipicu ekspektasi pelonggaran moneter oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed) pada September, yang berpotensi diikuti lagi pada Desember.
Dia berharap kebijakan serupa juga akan dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) dan bahkan membuka peluang penurunan BI rate dua kali di semester II/2025.
“Potensi peningkatan kredit, terutama yang berkualitas, terbuka lebar. Penurunan suku bunga juga bisa menekan kenaikan NPL,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (12/8/2025)
Dari sisi teknikal, Nafan menilai mayoritas saham perbankan sudah melewati fase major sideways, sehingga peluang akumulasi terbuka.
“Pelaku pasar, baik institusi maupun investor asing, perlahan mulai masuk,” tambahnya.