Bisnis.com, JAKARTA – Perbankan asal negara tetangga atau jiran di Asia Tenggara seperti PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) dan PT Bank UOB Indonesia membukukan kinerja moncer laba mereka pada semester I/2025. Lantas, siapa yang jadi jawara pendulang laba pada semester I/2025?
Maybank Indonesia melaporkan laba bersih sebesar Rp576 miliar pada semester I/2025. Capaian itu meningkat 348,1% secara tahunan (year on year/YoY) dari Rp128 miliar.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Steffano Ridwan menyampaikan kinerja perseroan didorong oleh pertumbuhan kredit yang berkelanjutan pada segmen-segmen utama, sehingga turut mendorong pendapatan bunga yang lebih tinggi dan imbal hasil terhadap saldo kredit.
“Kami telah berada di jalur yang tepat dalam memperkuat segmen utama bank yakni wealth, pembiayaan otomotif, UMKM, dan korporasi lokal skala besar, yang terus menunjukkan pertumbuhan dan ketahanan di tengah tantangan ekonomi global,” kata Steffano dalam keterangan tertulis, dikutip pada Kamis (31/7/2025).
Kemudian, UOB Indonesia meraup laba bersih sebesar Rp783,42 miliar pada semester I/2025. Capaian itu tumbuh 168,53% YoY dari semester I/2024 sebesar Rp291,74 miliar.
Lalu, PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) telah membukukan laba bersih sebesar Rp3,51 triliun pada semester I/2025. Capaian tersebut tumbuh tipis 1,94% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp3,44 triliun.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan pada semester I/2025 perseroan mencatatkan kinerja yang baik, mencerminkan implementasi strategi yang dijalankan secara konsisten dan disiplin.
"Kami mencatat pertumbuhan kredit yang baik dan terukur sesuai dengan profil risiko dan kondisi pasar. Di saat yang sama, kami tetap menjaga kualitas aset yang stabil, tingkat permodalan dan likuiditas yang kuat, serta sumber pendapatan yang terdiversifikasi dengan baik, sehingga dapat memperkuat posisi kami di industri," ujarnya.
Sementara itu, PT Bank OCBC NISP Tbk. mencatatkan laba bersih sebesar Rp2,57%, tumbuh 7% YoY dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,39 triliun. Presiden Direktur OCBC Parwati Surjaudaja mengatakan perseroan senantiasa fokus pada pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan.
“Dalam pelaksanaannya, kami tetap menerapkan prinsip kehatian-hatian serta menjaga keseimbangan antara pencapaian perkembangan dan pengelolaan risiko secara optimal,” ujar Parwati dalam keterangan resminya, Kamis (31/7/2025).
Terlepas dari dinamika ekonomi yang terjadi saat ini, Parwati menyebut bahwa pihaknya akan terus aktif berkolaborasi untuk membuka peluang baru agar dapat memperluas akses keuangan. “Baik dalam pendanaan maupun pengembangan produk dan layanan yang berfokus pada kebutuhan nasabah,” katanya.
Adapun, PT Bank Permata Tbk. (BNLI) membukukan laba bersih sebesar Rp1,64 triliun pada paruh pertama 2025, tumbuh 7,56% YoY dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,52 triliun.
Direktur Utama Permata Bank Meliza M. Rusli mengatakan perseroan fokus menjalankan bisnis secara pruden dan memperkuat fondasi pertumbuhan jangka panjang di tengah tantangan ekonomi global.
“Di tengah tantangan ekonomi global, kami tetap fokus menjalankan bisnis secara pruden dan memperkuat fondasi pertumbuhan jangka panjang melalui inovasi, efisiensi operasional, dan sinergi bersama Bangkok Bank,” kata Meliza dalam keterangan resminya, Rabu (23/7/2025).
Apabila dibandingkan, CIMB Niaga menjadi bank dengan raupan laba terbesar, yakni mencapai Rp3,51 triliun pada semester I/2025. Posisi kedua ditempati OCBC dengan perolehan laba sebesar Rp2,57 triliun, diikuti Bank Permata sebesar Rp1,64 triliun, dan UOB Indonesia Rp783,42 miliar. Maybank Indonesia menjadi bank dengan raupan laba paling kecil di antara kelima bank tersebut, yakni Rp576 miliar pada paruh pertama 2025.
Namun dilihat dari sisi pertumbuhan, Maybank Indonesia mencatatkan kinerja laba paling pesat, yakni tumbuh 348,1% YoY dibanding periode yang sama tahun lalu, diikuti UOB Indonesia yang tercatat tumbuh 168,53% YoY pada semester I/2025. Sementara itu, Permata, OCBC, dan CIMB Niaga masing-masing tercatat tumbuh 7,56%, 7%, dan 1,94% YoY.
Rasio Profitabilitas
Dilihat dari tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROE), CIMB Niaga memiliki nilai paling tinggi. Untuk diketahui, rasio ini menunjukkan tingginya keuntungan yang dihasilkan oleh bank dari setiap nilai yang diinvestasikan pemegang sahamnya.
Semakin tinggi nilai ROE, semakin baik kinerja bank dalam menghasilkan laba bersih melalui modalnya. CIMB Niaga mencatatkan ROE 13,51%, mengungguli ROE OCBC di level 12,89%, ROE UOB Indonesia di level 9,35%, Permata di level 6,32%, dan Maybank Indonesia 3,93% pada semester I/2025.
Nasabah melakukan transaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) PT Bank OCBC NISP Tbk. di Jakarta. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Dari sisi tingkat pengembalian aset (return on asset/ROA), CIMB Niaga berada di posisi unggul. Sebagai informasi, semakin tinggi ROA, bank tercatat semakin kuat dalam mendayagunakan asetnya untuk memperoleh keuntungan.
Bank asal Malaysia itu membukukan ROA sebesar 2,48% pada semester I/2025, mengalahkan OCBC, Permata, UOB, dan Maybank yang masing-masing tercatat 2,25%, 1,62%, 1,21%, dan 0,82%.
Proyeksi dan Rekomendasi Saham
Kepala Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan melihat kinerja sejumlah bank asing besutan investor Asean bervariasi hingga akhir tahun ini.
Kendati begitu, Trioksa menyebut bahwa kelima bank asing ini masih menunjukkan pertumbuhan kinerja hingga akhir 2025. “Proyeksi kinerja kelima bank tersebut sampai akhir tahun akan bervariasi dengan tren masih menunjukkan pertumbuhan kinerja,” kata Trioksa kepada Bisnis, Senin (11/8/2025).
Menurutnya, pertumbuhan kinerja positif kelima bank ini didorong oleh efisiensi operasional. Melihat kinerja keempat bank yakni Maybank, CIMB Niaga, OCBC NISP, dan Permata, serta memerhatikan faktor eksternal seperti pelemahan daya beli masyarakat, Trioksa merekomendasikan keempat bank untuk hold saham-saham tersebut.
“Melihat kinerja bank tersebut namun memerhatikan faktor eksternal seperti daya beli maka rekomendasi hold untuk saham-saham tersebut,” ujarnya.
Dihubungi terpisah, Analis Investasi dari Infovesta Ekky Topan memproyeksikan kinerja bank-bank tersebut relatif positif hingga akhir 2025. Kendati begitu, ada sejumlah catatan.
Ekky menyampaikan hingga akhir 2025 prospek lima bank ini relatif positif jika ekonomi domestik tumbuh sesuai proyeksi, Bank Indonesia (BI) rate stabil atau cenderung menurun, dan kualitas aset tetap terjaga.
“Potensi penurunan suku bunga dapat mendorong permintaan kredit dan memperbaiki NIM, sementara akselerasi digital banking serta pertumbuhan fee-based income akan menjadi pendorong tambahan,” kata Ekky kepada Bisnis, Senin (11/8/2025).
Namun, Ekky menilai bahwa risiko yang perlu diwaspadai mencakup perlambatan ekonomi global, persaingan ketat dalam pendanaan, serta potensi kenaikan non-performing loan (NPL) di segmen tertentu.
Untuk rekomendasi saham, Ekky mengatakan bahwa BNGA masih menarik untuk dikoleksi dengan target harga Rp1.800-Rp2.000 (Buy).
Kemudian, NISP dapat Hold dengan target Rp1.400-Rp1.500. BNLI disarankan Hold atau Sell di sekitar Rp3.500 atau menunggu sinyal pembalikan tren turun. “Sementara BNII dapat menjadi opsi Speculative Buy dengan target Rp240-Rp250,” pungkasnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.