Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) yang dikendalikan Grup Salim mengalami tekanan kinerja pada semester I/2025. Laba bersih perseroan anjlok 64,15% menjadi Rp24,69 miliar dibandingkan dengan periode sama tahun lalu Rp68,88 miliar.
Penurunan laba ini seiring dengan susutnya pendapatan bunga bersih. Tercatat, pendapatan bunga bersih Bank Ina turun 13,44% menjadi Rp320,44 miliar dari sebelumnya Rp370,15 miliar.
Secara rinci, pendapatan bunga perusahaan merosot 14,21% menjadi Rp1,37 triliun dibandingkan Rp1,6 triliun pada semester I/2024. Di sisi lain, beban bunga menyusut 14,44% menjadi Rp1,05 triliun dari Rp1,23 triliun, tetapi nilainya masih menekan margin bunga bersih bank.
Beban pencadangan juga mengalami penurunan. Kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) turun 33,32% menjadi Rp29,67 miliar dari Rp44,51 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Dari sisi intermediasi, penyaluran kredit Bank Ina tumbuh 4,74% menjadi Rp13,55 triliun dibandingkan Rp12,93 triliun pada semester I/2024. Sementara cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan atas kredit yang diberikan susut 17,26% menjadi Rp281,63 miliar dari Rp340,51 miliar.
Dana pihak ketiga (DPK) Bank Ina naik signifikan 16,95% menjadi Rp21,56 triliun dari Rp18,44 triliun. Porsi dana murah atau current account saving account (CASA) juga meningkat 26,35% menjadi Rp7,11 triliun dari Rp5,63 triliun.
Baca Juga
Dari sisi neraca, total aset Bank Ina pada semester I/2025 tumbuh 11,26% menjadi Rp25,97 triliun dibandingkan Rp23,34 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Rasio Keuangan
Meski kinerja intermediasi tumbuh, sejumlah rasio keuangan Bank Ina memburuk pada paruh pertama tahun ini. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) turun menjadi 25,64% dari 26,53%. Aset produktif bermasalah naik menjadi 1,94% dari 0,96%, sementara NPL gross melonjak ke 3,65% dari 1,84% dan NPL net meningkat ke 2,24% dari 0,46%.
Dari sisi profitabilitas, rasio return on asset (ROA) susut ke 0,69% dari 1,36% dan return on equity (ROE) turun ke 4,00% dari 6,90%. Rasio margin bunga bersih (net interest margin/NIM) juga tergerus menjadi 3,14% dari 3,27%.
Efisiensi operasional menurun, tercermin dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang membengkak menjadi 90,45% dari 81,68%, serta cost to income ratio (CIR) yang naik ke 64,61% dari 49,77%. Rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) tercatat naik ke 70,10% dari 67,29%.