Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alih-alih Panik karena IHSG Anjlok, Investor Lebih Baik Lakukan 5 Hal Ini

Upaya pemerintah untuk menjaga ekonomi nasional layaknya diapresiasi dengan langkah bijak masyarakat dalam mengelola strategi keuangannya. 
Erik Argasetya, Director, Chief Investment Officer PT Jagartha Penasihat Investasi./Jagartha
Erik Argasetya, Director, Chief Investment Officer PT Jagartha Penasihat Investasi./Jagartha

Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi corona atau Covid-19 memberikan dampak signifikan bagi roda perekonomian, termasuk di industri pasar modal. 

Dalam periode tahun berjalan,  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah merosot hingga 37,36 persen. Bahkan, selama 2 pekan terakhir saja IHSG telah mengalami setidaknya 5 kali suspensi perdagangan sementara (trading halt) karena anjlok hingga 5 persen dalam satu hari.

Penyebaran virus yang cepat nyatanya berdampak sangat dalam, tidak terkecuali bagi perekonomian global yang terus menunjukkan volatilitas, bahkan cenderung menurun. Ketidakpastian atas jangka waktu redanya pandemi ini juga membuat pergerakan pasar modal di hampir seluruh negara mengalami koreksi dalam.

Hal ini tentu menimbulkan keresahan bagi investor dan masyarakat pada umumnya, terutama dalam membangun kembali optimisme di tengah terhambatnya arus perekonomian. 

Di satu sisi, pemerintah dan otoritas terkait kian gencar memberikan stimulus dan relaksasi demi mengurai hambatan ekonomi yang muncul dari pandemi ini. Mulai dari pengaturan mekanisme pasar keuangan hingga beragam insentif untuk sektor riil.

Chief Investment Officer & Director PT Jagartha Penasihat Investasi Erik Argasetya mengatakan upaya pemerintah untuk menjaga ekonomi nasional layaknya diapresiasi dengan langkah bijak masyarakat dalam mengelola strategi keuangannya. 

Dalam publikasi hariannya yang dikutip Bisnis, Selasa (24/3/2020) Erik memberikan beberapa tips untuk mengelola keuangan di tengah situasi ini, berikut di antaranya.

1. Review & Rebalance Portofolio

Peninjauan ulang portofolio secara berkala wajib dilakukan sesuai dengan tujuan investasi masing-masing investor. Saat menentukan tujuan investasi di awal, maka alokasi aset ditentukan dengan mengisi sebuah set pertanyaan investment risk profiler. 

Namun, tambah Erik, satu hal yang harus diingat adalah risk profile seorang investor pun dapat berubah sesuai dengan tujuan investasi yang berubah, usia, kondisi finansial dan juga kondisi pasar seperti yang terjadi saat ini.

“Sehingga, investor pun direkomendasikan untuk melakukan review dan rebalance kembali portofolionya apakah masih sesuai dengan kondisi saat ini,” ujarnya.

2. Perhatikan Momentum Investing

Jika sudah melakukan review & rebalancing portofolio dan memang masih ada sisa dana yang dapat diinvestasikan, Erik menyebut tidak ada salahnya untuk mulai dapat melakukan momentum berinvestasi.

“Penurunan pasar saham yang sudah “diskon besar-besaran” memberikan banyak kesempatan bagi para investor untuk mulai membangun portofolionya,” kata Erik.

Aksi beli, jika dilakukan secara tepat dengan modal pengetahuan yang cukup, akan sangat berpeluang memberikan keuntungan. Meskipun masih dilanda kekhawatiran, secara historis ada beberapa sektor yang cenderung bersifat defensif seperti sektor Konsumer dan Kesehatan. 

Menariknya, karena adanya himbauan pemerintah untuk bekerja, belajar dan beribadah dari rumah, maka ada beberapa emiten telekomunikasi yang mungkin dapat diuntungkan dengan tingginya permintaan data internet.

Lebih lanjut Erik menyatakan jika dilihat secara jangka panjang pun, pasar saham akan selalu kembali rebound setelah adanya sebuah epidemi, sehingga investor juga dapat memanfaatkan situasi ini untuk membeli produk investasi berbasis saham karena harga saham yang rendah dan membiarkannya hingga kondisi pasar kembali membaik.

3.  Diversifikasi, Diversifikasi, Diversifikasi

Diversification is Key in Investing. Saat ini sudah banyak pilihan lain untuk berinvestasi selain di instrumen pasar modal modal seperti saham, obligasi dan reksa dana. “Diversifikasi investasi melalui investasi alternatif yang marak ditawarkan oleh platform-platform fintech misalnya seperti Equity Crowdfunding (ECF), Project Financing dan Peer-to-Peer (P2P).

Lending dapat menjadi pilihan diversifikasi yang baik bagi para investor. Namun, pastikan investor untuk berinvestasi hanya di produk investasi dan penyelenggara yang menyediakan produk investasi yang telah terdaftar dan mendapatkan izin dari OJK,” himbau Erik.

4. Dana Darurat

Tingkatkan dana darurat. Tak hanya bagi investor tapi bagi masyarakat secara umum. Pasalnya, para ahli kesehatan memperkirakan, diperlukan waktu yang tidak sebentar hingga pandemi mereda sampai mencapai titik normal. 

Maka dari itu investor perlu mengalokasikan lebih banyak dana darurat untuk berjaga di rentang waktu sekitar tiga hingga enam bulan ke depan. Dana darurat dapat dengan memegang uang tunai secara langsung atau dialokasikan di tabungan, deposito atau reksa dana pasar uang.

5. Sehat Pangkal Bahagia & Kaya

Terakhir, yang tak kalah penting adalah jaga kesehatan diri masing-masing dan tingkatkan empati untuk membantu sesama. Masih banyak orang yang tidak terlalu beruntung untuk memiliki pilihan di masa isolasi seperti ini. Karenanya, memiliki empati dan saling membantu semampunya akan sangat baik untuk membesarkan hati mereka yang sedang kesulitan. 

“Apakah gunanya kekayaan jika kita tidak mempunyai kesehatan dan berbagi dengan sesama” tutup Erik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper