Bisnis.com, JAKARTA -- Ekonom menilai kondisi bank di tengah wabah virus corona (Covid-19) sangat dipengaruhi oleh karakteristik para nasabahnya.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan apabila sebagian besar nasabah bergerak di sektor pariwisata, tentu bank akan terdampak kesulitan likuiditas di tengah pandemi.
Hal itu juga berlaku untuk bank umum konvensional dan bank umum syariah. Bank syariah bisa jadi belum begitu banyak terdampak karena nasabah yang mereka layani utamanya bergerak di sektor yang masih bisa bertahan di tengah wabah Covid-19.
"Sebenarnya tantangan perbankan sekarang ini mengena ke semua bank, berasal dari sektor riil yang kesulitan likuiditas akibat wabah Covid-19," katanya, Minggu (26/4/2020).
Piter mengatakan apabila merujuk pada krisis 1998, bank syariah umumnya lebih kuat bertahan dibandingkan bank umum konvensional. Namun, perlu dicatat kondisi yang terjadi saat ini sangat berbeda dengan krisis 1998.
Apalagi, sektor UMKM sudah terkena dampak virus corona, sehingga karakteristik nasabah bank akan sangat mempengaruhi kondisi saat ini.
Baca Juga
Menurutnya, untuk menjaga bank agar tidak mengalami kesulitan, pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah mengambil kebijakan membantu sektor riil. OJK juga mempermudah restrukturisasi kredit dan pemerintah memberikan bantuan subsidi bunga dan pembayaran pokok.
"Dari sisi banknya sendiri, yang bisa dilakukan adalah meningkatkan manajemen likuiditas, berhati-hati dalam menyalurkan kredit, serta meningkatkan efisiensi, khususnya mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu," katanya.