Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Royke Tumilaar Pastikan BNI Bertahan Hadapi Pandemi Covid-19

Pada paruh pertama tahun ini, BNI membukukan laba bersih sebesar Rp4,46 triliun atau turun 41,63 persen dari laba bersih periode yang sama tahun 2019 senilai Rp7,63 triliun.
Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Royke Tumilaar saat masih menjabat sebagai Dirut Bank Mandiri. Bisnis/Arief Hermawan P
Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Royke Tumilaar saat masih menjabat sebagai Dirut Bank Mandiri. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA -- Royke Tumilaar, yang saat ini didapuk menjadi Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., memastikan akan membuat bank pelat merah tersebut mampu bertahan di tengah pandemi.

Menurutnya, hampir semua bank mengalami penurunan laba di tengah pandemi. Rata-rata penurunan laba tersebut adalah sebesar 30 persen hingga 60 persen secara tahunan.

Royke pun menekankan, sampai nanti pandemi Covid-19 masih berlangsung, pihaknya akan memastikan BNI mampu bertahan.

"Sampai nanti, BNI masih bisa survive. Itu yang paling penting, kami juga akan bahu membahu dengan tim BNI yang ada bagaimana protokol di masa Covid-19 ini supaya BNI bisa survive," katanya, Rabu (2/9/2020).

Pada paruh pertama tahun ini, BNI membukukan laba bersih sebesar Rp4,46 triliun atau turun 41,63 persen dari laba bersih periode yang sama tahun 2019 senilai Rp7,63 triliun. Adanya restrukturisai kredit menyebabkan pendapatan bunga BNI mengalami penurunan.

Sebagian debitur yang terdampak Covid-19 meminta penundaan pembayaran pokok maupun bunga, sehingga mengurangi kemampuan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan bunga.

Penurunan pendapatan bunga berdampak pada margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) yang turun 40 basis poin pada semester I/2020, dari 4,9 persen menjadi 4,5 persen.

Begitu juga restrukturisasi maupun pemburukan dari kualitas aset karena dipercepat oleh Covid-19, membuat BNI harus membentuk tambahan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang cukup besar. Coverage ratio telah mencapai 214,1 persen pada semester I/2020, jauh lebih besar dibandingkan coverage ratio pada posisi semester I/2019 yang sebesar 156,5 persen.

Peningkatan pencadangan kerugian ini merupakan bentuk antisipasi risiko penurunan kualitas aset di masa depan.

Penurunan laba, kata Royke, berkaitan dengan pertumbuhan kredit yang melambat. Aktivitas ekonomi yang menurun sudah pasti akan mempengaruhi kinerja perbankan secara umum.

"Bukan hanya BNI turun smeua bank juga turun yang punya kredit karena kondisi ekonomi sangat berbeda tahun lalu dengan sekarang," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper