Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Startup Finantier Bisa Olah Data Bank, Fintech dan Multifinance Buat E-KYC

Finantier akan bergerak dengan prinsip-prinsip Open Banking yang memberikan ekosistem untuk membantu suatu perusahaan perbankan, multifinance, asuransi, koperasi, asuransi, dana pensiun, dan berbagai jenis fintech mempercepat time-to-market dan memangkas biaya dalam pengembangan solusi digital.
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr

Bisnis.com, JAKARTA - Startup Open Finance Finantier berupaya membantu para lembaga jasa keuangan, terutama yang masih konvensional dan ingin bertransformasi ke tanah digital, untuk pengolahan data, credit scoring, dan infrastruktur electronic Know Your Customer (e-KYC).

Dalam wawancara khusus bersama Bisnis, CEO Finantier Diego Rojas menjelaskan bahwa Application Programming Interface (API) dan infrastruktur open finance besutannya akan membantu lembaga keuangan dalam menekan cost pengembangan bisnis digital.

"Dari mulai institusi finansial tradisional sampai perusahaan fintech mutakhir, Open Finance memberikan kesempatan bagi semua lembaga untuk mengembangkan bisnisnya dengan lebih cepat, aman, dan sesuai kebutuhan," ujar software engineer yang berpengalaman membangun fintech di Amerika Serikat (LendingClub), China (Dianrong), dan Asia Tenggara ini, Senin (23/11/2020).

Finantier akan bergerak dengan prinsip-prinsip open banking yang memberikan konsumen keleluasaan mengakses data mereka dengan aman dalam menggunakannya dengan optimal untuk berbagai platform.

Ekosistem ini jelas akan membantu suatu perusahaan perbankan, multifinance, asuransi, koperasi, asuransi, dana pensiun, dan berbagai jenis fintech mempercepat time-to-market dan memangkas biaya dalam pengembangan solusi digital yang didesain khusus atau tailored.

Edwin Kusuma, COO Finantier yang berpengalaman mengelola perusahaan fintech peer-to-peer (P2P) lending, menjelaskan bahwa layanan ini penting karena ekosistem Open Finance penting karena biasanya data mentah yang dikumpulkan tiap jenis lembaga itu berbeda-beda.

"Target berbeda, pangsa berbeda-beda, jenis pinjaman berbeda. Tapi kita bisa kombinasikan dan olah itu. Karena investasi di bagian teknologi bakal sangat besar. Belum lagi dengan data mentah, platform harus mengolahnya sendiri dengan data scientist. Kita bisa membantu membuatnya lebih cepat," ungkapnya.

Edwin mencontohkan, bagi platform P2P lending, kesulitan utama untuk menyalurkan pinjaman ke usaha mikro, kecil, dan menengah [UMKM] itu biasanya karena gambaran data dari bisnisnya itu belum ada secara digital. Padahal pelaku UMKM tersebut bisa saja pernah mengambil kredit motor kepada multifinance dan memiliki riwayat cicilan yang lancar, atau kerap membeli bahan baku menggunakan uang elektronik.

Menurut pria yang berpengalaman bekerja di Google dan sempat menduduki posisi C-Level di beberapa perusahaan fintech dalam bidang P2P lending di Indonesia dan tersertifikasi sebagai anggota Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) ini, pengolahan data demikian akan menjadi fokus utama Finantier.

Dia mengatakan, elemen tersebut sebenarnya bisa mencerminkan kelayakan UMKM untuk mendapat pinjaman dan dianggap mampu bertanggung jawab terhadap kewajibannya.

"Finantier bisa mengombinasikan semua elemen ini. Data tersebut bermanfaat untuk mengurangi risiko pinjaman dan menekan biaya, karena kita bisa mengatasi kurangnya informasi atau gambaran finansial yang komplet dari calon peminjam," tambahnya.

Adapun, CPO Finantier Keng Low menjelaskan bahwa pihaknya memanfaatkan jejak digital konsumen dan bisnis untuk memberikan mereka akses yang aman di Asia Tenggara ke layanan finansial yang disesuaikan dengan kebutuhan, yang bisa turut membantu meningkatkan kesejahteraaan finansial konsumen.

Dirinya mengungkap seiring dengan pertumbuhan perusahaan, Finantier berencana untuk melebarkan sayap ke negara berkembang lain di Asia Tenggara dengan menawarkan solusi yang spesifik untuk tiap wilayah.

Software engineer dengan pengalaman bekerja Silicon Valley sebelum bergabung dengan Finantier ini yakin, startup inklusi keuangan yang saat ini beroperasi di Singapura dan Indonesia ini berencana menggunakan dana investasi untuk merekrut anggota tim dan mengakselerasi pengembangan teknologi.

Terkini, Finantier telah mengumumkan pendanaan pre-seed yang dipimpin oleh East Ventures dengan partisipasi dari AC Ventures, Genesia Ventures, dan investor-investor lainnya.

Sekadar informasi, Low sebelumnya pun merupakan Entrepreneur in Residence di East Ventures. Posisi tersebut memberikannya pengalaman bekerja sama dengan perusahaan portofolio East Ventures, seperti Warung Pintar dan Fore Coffee, dalam pengembangan teknologi dan manajemen produk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper