Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertegas Implementasi ESG, Kredit Berkelanjutan BRI (BBRI) Capai Rp639,9 Triliun

Dari total kredit berkelanjutan itu, sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menyerap Rp568,4 triliun, disusul sektor pengelolaan lingkungan berkelanjutan terkait sumber daya alam hayati dan tata guna lahan sebesar Rp45,2 triliun, serta transportasi rendah emisi Rp14,6 triliun.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) Sunarso menjawab pertanyaan awak media sesuai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) di Jakarta, Selasa (18/2/2020). /Bisnis-Dedi Gunawan
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) Sunarso menjawab pertanyaan awak media sesuai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) di Jakarta, Selasa (18/2/2020). /Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Komitmen PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BBRI dalam mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan terus digaungkan melalui implementasi prinsip environmental, social, dan governance atau ESG.

Hingga kuartal I/2022, portofolio penyaluran kredit BRI yang mengacu pada penerapan prinsip ESG mencapai Rp639,9 triliun atau lebih kurang 65,6 persen dari total kredit perseroan. Jumlah ini meningkat 13,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dari total kredit berkelanjutan itu, sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menyerap Rp568,4 triliun, disusul sektor pengelolaan lingkungan berkelanjutan terkait sumber daya alam hayati dan tata guna lahan sebesar Rp45,2 triliun, serta transportasi rendah emisi Rp14,6 triliun.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan bahwa prinsip ESG harus dikerjakan secara simultan. Menurutnya, dengan tata kelola yang baik, penerapan ESG dapat lebih terarah dan terukur, sehingga dapat mendorong keberlangsungan usaha yang dijalankan.

“Sampai dengan detail yang kecil-kecil, aktivitas BRI di kantor itu kami ukur emisi karbonnya berapa, dan kami komitmen untuk secara gradual menuju zero emisi karbon. Itu yang saya katakan green operation. Jadi, mencakup green asset, green liability dan green operation,” ujarnya di sela-sela acara World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, belum lama ini.

Emiten bank bersandi saham BBRI ini tercatat menerapkan prinsip ESG sejak 2013. Saat itu, perseroan menjadi perusahaan pertama yang mempublikasikan laporan berkelanjutan. Pada 2017, ESG menjadi isu yang dimanifestasikan dalam kebijakan di tataran internal melalui general sustainable finance dan kebijakan CPO (crude palm oil).

Terkait kebijakan CPO, perseroan telah menerapkan bahwa nasabah wajib memiliki proses sertifikat ISPO atau RSPO. Tidak ada pula nasabah berperingkat Proper Hitam (peringkat paling bawah dalam mengelola lingkungan) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Setahun berikutnya, perseroan ditunjuk sebagai ketua Inisiatif Keuangan Berkelanjutan Indonesia (IKBI). Pada 2019, BRI menerbitkan sustainability bond senilai US$500 juta dan membuat rencana aksi keuangan berkelanjutan untuk periode tahun 2019-2024.

Tahun 2020, perseroan melakukan kalkulasi emisi dari gas rumah kaca, dilanjutkan pada 2021 melalui beberapa strategi, seperti mendirikan ekosistem ultra mikro (UMi) dan membentuk secara khusus ESG Desk dan ESG Committee.

Selain itu, BRI juga menerapkan kebijakan pembiayaan sektoral yang mengacu pada mitigasi risiko berdasarkan prinsip ESG. Hal ini akan terus ditingkatkan terutama dalam pemberdayaan segmen UMKM sebagai inti bisnis BRI.

Di sisi lain, isu mengenai perubahan iklim terus bergaung di sidang tahunan World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss. Dalam forum itu, sebanyak 50 kepala negara atau pemerintahan diminta memperkuat komitmen untuk mengurai persoalan global ini. 

Emma Cox, PricewaterhouseCoopers (PwC) Global Climate Leader mengatakan perubahan iklim sangat mungkin memengaruhi bisnis perusahaan. Utamanya terkait semakin mahalnya ongkos pembelian bahan baku akibat meningkatnya tekanan panas global.

Lebih buruk lagi, perusahaan menghadapi potensi kerugian pendapatan yang sangat besar dari para pelanggan yang terdampak cuaca ekstrem. Menurutnya, perubahan iklim juga akan berakselerasi langsung pada rantai pasokan global, ekonomi, dan geopolitik. 

“Banjir, kekeringan, kebakaran, dan panas yang meningkat telah mengganggu ekonomi dan masyarakat di seluruh dunia. Perusahaan yang berpikiran maju saat ini sedang memetakan risiko terhadap rantai nilai penuh mereka di berbagai skenario yang berbeda,” tutur Emma.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper