Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bukan Cuma Margin Tinggi, Investor Asing Minat Akuisisi Bank RI karena Hal Ini

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan antusiasme investor asing untuk mengakuisisi bank di Indonesia cukup tinggi.
Ilustrasi Bank/Istimewa
Ilustrasi Bank/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan sektor perbankan banyak diminati oleh investor asing. Salah satu alasan diminatinya sektor perbankan di Indonesia adalah potensi digital.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan antusiasme investor asing untuk mengakuisisi bank di Indonesia cukup tinggi mengingat Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi besar. Daya tarik investasi dari asing terhadap bank di Indonesia adalah digitalisasi

Mengacu pada rilis Kementerian Koordinator Perekonomian, 40 persen nilai transaksi digital di Asean pada kuartal I/2023 berasal dari Indonesia.

"Pada prinsipnya perbankan Indonesia juga terbuka bagi masuknya investor dalam rangka memperkuat permodalan untuk mendukung dan menjaga pertumbuhan bank yang berkelanjutan. Dalam hal ini termasuk investor kepada bank dengan fokus bisnis layanan perbankan digital," kata Dian dalam jawaban tertulisnya beberapa waktu lalu.

Menurutnya, beberapa bank di Indonesia beroperasi dengan fokus pada layanan perbankan digital yang didukung dengan ekosistem menopang bisnis. 

OJK juga sampai saat ini terus mencermati perkembangan bank-bank dengan fokus layanan perbankan digital dan mendorong kinerja bank dengan mengedepankan aspek tata kelola yang baik. 

Sebelumnya, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan daya tarik investasi kepada perbankan di Indonesia adalah margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang tinggi. Sementara, di antara jenis bank yang paling tinggi meraup NIM adalah bank digital. 

NIM di bank digital itu tinggi karena mereka mendapatkan pendanaan di tingkat suku bunga simpanan yang tinggi, kemudian melempar suku bunga pinjaman kepada debitur yang juga di atas rata-rata industri. Alhasil, NIM pun lebih tinggi dibandingkan dengan bank-bank raksasa.

"Yang menyebabkan tingkat tingginya NIM adalah tingkat suku bunga, selain itu likuiditas yang dimiliki bank. Jadi, kalau melihat bank-bank digital itu jauh lebih tinggi wajar karena mereka mematok suku bunga tinggi," ujarnya kepada Bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper