Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) membukukan laba bersih konsolidasi yang diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp5,32 triliun pada kuartal I/2024. Direktur Utama BNI Royke Tumilaar membeberkan sederet faktor pendorong raupan laba bank tersebut.
Royke mengatakan BNI mampu membukukan pertumbuhan laba di tengah beragam tantangan, seperti kondisi geopolitik dan ekonomi global. Adapun, laba bersih BNI itu berhasil tumbuh, meskipun tipis 2,02% secara tahunan (year on year/yoy).
Faktor pendorong raupan laba BNI di antaranya adalah kinerja kredit. BNI telah menyalurkan kredit sepanjang kuartal I/2024 sebesar Rp695,16 triliun, tumbuh 9,6% yoy. Dengan pertumbuhan kredit pada kuartal I/2024, BNI membukukan pendapatan bunga Rp15,87 triliun, tumbuh 7,2% yoy.
Sebab lainnya adalah kinerja pendapatan non bunga yang mencapai Rp5,1 triliun, tumbuh signifikan 15,9% yoy. "Komposisi pendapatan non bunga ini telah berkontribusi sebesar 35% dari total pendapatan BNI pada kuartal I/2024, terutama berasal dari fee income surat berharga dan fee dari bisnis sindikasi," kata Royke dalam paparan kinerja BNI pada Senin (29/4/2024).
Kinerja BNI juga ditopang oleh likuditas yang memadai. Tercatat rasio pembiayaan terhadap pendanaan (loan to deposit ratio/LDR) BNI berada di level 89,01% pada kuartal I/2024.
Kondisi likuiditas itu didukung dengan pertumbuhan pendanaan. Tercatat, BNI telah meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp780,22 triliun pada kuartal I/2024, naik 4,9% yoy. Dana murah atau current account saving account (CASA) bank juga naik 6% yoy menjadi Rp543,5 triliun.
Baca Juga
Selain itu, kinerja bank ditopang oleh permodalan, di mana rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) BNI berada di level 20,52% pada Maret 2024.
Dia mengatakan dengan kondisi tersebut, BNI berada di jalur yang tepat untuk mencapai aspirasi profitabilitas tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) hingga level 20% pada 2028 mendatang. Saat ini, ROE BNI berada di level 16,16%.