Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat nilai aset asuransi sosial pada Juni 2024 mengalami kontraksi sebesar Rp8,37 triliun atau 3,69% year-on-year (yoy) dari Rp227,24 triliun di Juni 2023 menjadi Rp218,87 triliun pada Juni 2024.
Padahal, dalam periode itu nilai premi asuransi nonkomersial tersebut naik Rp6,6 triliun atau 8% dari Rp82,50 triliun menjadi Rp89,10 triliun.
Direktur Keuangan dan Manajemen ASABRI, Helmi Imam Satriyono menjelaskan kenaikan dan penurunan aset penyelenggaraan jaminan sosial dipengaruhi oleh harga atas instrumen keuangan yang dimiliki setiap perusahaan.
"Instrumen tersebut antara lain saham dan obligasi, termasuk Surat Utang Negara. Jika harga pasar aset investasi tersebut turun maka nilai aset yang kita miliki pun akan turun, dan sebaliknya," kata Helmi kepada Bisnis, Selasa (13/8/2024).
Meskipun enggan menyebutkan nilainya, Helmi mengatakan perusahaan yang mengelola dana asuransi wajib TNI, Polri, dan ASN tersebut pada semester I/2024 ini membaik. Helmi juga menegaskan status ASABRI sebagai pemain asuransi sosial yang berbeda dengan asuransi komersial.
"Alhamdulillah Juni 2023 ke Juni 2024 aset kami meningkat," tegasnya. Memang LK ASABRI didistribusikan terbatas karena kami asuransi sosial, bukan komersial," terangnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono mengatakan penurunan hasil investasi perusahaan asuransi tidak lepas dari pengaruh kondisi pertumbuhan ekonomi terutama saat arus investasi di pasar modal tertekan.
Hal tersebut berdampak pada kinerja sektor pasar modal di mana pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat terkoreksi 6% di awal 2024.
Sektor yang paling signifikan terdampak dari kondisi tersebut adalah investasi asuransi jiwa yang turun 29,99% yoy menjadi Rp11,46 triliun. Asuransi jiwa sendiri memiliki penempatan yang cukup signifikan pada instrumen saham dan reksadana, masing-masing sebesar 26% dan 14% dari total investasi.
"Untuk mengantisipasi penurunan hasil investasi pada instrumen saham dan reksadana, perusahaan asuransi perlu meninjau kembali strategi investasinya dan melakukan shifting ke instrumen yang memberikan return lebih baik," jelasnya.
Sebagai informasi, aset asuransi nonkomersial yang turun Rp8,37 triliun di semester I/2024 ini merupakan data gabungan dari penyelenggara asuransi nonkomersial yaitu Taspen, ASABRI, BPJS Kesehatan, dan BPJS Ketenagakerjaan.