Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bankir Sambut BI Rate Turun Jadi 6%, Kinerja Bank Bisa Terdongrak?

BI memutuskan untuk turunkan suku bunga 25 basis poin menjadi 6%. Hal itu menjadi penurunan suku bunga pertama sejak Agustus 2022.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (kanan) dan Deputi Gubernur Doni Primanto Joewono memberikan pemaparan dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (22/5/2024). Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Mei 2024 memutuskan menahan suku bunga acuan BI rate di level 6,25%. JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (kanan) dan Deputi Gubernur Doni Primanto Joewono memberikan pemaparan dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (22/5/2024). Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Mei 2024 memutuskan menahan suku bunga acuan BI rate di level 6,25%. JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) akhirnya memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6% lebih cepat dari Federal Reserve atau The Fed. Lantas, seperti apa prospek bisnis bank ke depan?

Berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia periode 17—18 September 2024, BI memutuskan untuk turunkan suku bunga 25 basis poin menjadi 6%. Hal itu menjadi penurunan suku bunga pertama sejak Agustus 2022. 

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 17 dan 18 September 2024 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6%," ujar Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil RDG BI, Rabu (18/9/2024).

Menanggapi hal tersebut, Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) John Kosasih terus memastikan kondisi likuiditas perseroan memadai, ini tecermin dari loan to deposit ratio (LDR) berada di level 72,74% per Juni 2024.

Menurutnya, dengan kondisi likuiditas yang ample, membuat bank siap menopang pertumbuhan atau kebutuhan debitur dalam hal ekspansi bisnis, baik untuk kredit modal kerja maupun investasi.

Dirinya juga menjelaskan bahwa penurunan BI Rate mungkin akan berdampak lebih signifikan pada kredit konsumer. 

Hal ini berbeda dengan kredit modal kerja dan investasi, di mana suku bunga tidak selalu menjadi faktor utama. Pasalnya, permintaan kredit modal kerja dan investasi lebih tergantung pada kondisi dari usaha itu sendiri. 

“Kalau memang kebutuhanya ada, maka [kredit] akan dipakai, kalau kebutuhannya tidak ada, meski diturunkan kayak apapun juga, enggak akan terpakai,” ujarnya kepada Bisnis usai agenda BIFA 2024, Rabu (18/9/2024). 

Tercatat, sampai dengan Juni, kredit BCA tumbuh 15% secara tahunan (yoy). Perseroan juga masih memiliki ekspektasi dobel digit hingga akhir tahun.  

“Kita lihat [target kredit hingga akhir tahun], karena ini tergantung kondisi di semester kedua, utamanya di kuartal IV/2024,” tandasnya.

John juga menyampaikan bahwa di tengah penurunan BI Rate menjadi 6%, pihaknya akan terus menjaga profitabilitas melalui efisiensi bisnis.

Di sisi lain, Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Darmawan Junaidi menyambut baik soal kabar penurunan BI Rate di level 6%. Dirinya pun secara gamblang menyebut bahwa ketika acuan turun, maka itu akan membuat bunga kredit akan turun. 

“Target kredit Mandiri tahun ini di kisaran 20% hingga akhir tahun,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (18/9/2024). 

Dari kelompok menengah, yakni PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) juga turut mengamini bahwa dengan BI Rate yang turun, diharapkan biaya dana alias cost of fund bisa secara bertahap turun dan akhirnya membuat bunga pinjaman juga bisa turun. 

“Sehingga kemampuan masyarakat termasuk korporasi untuk investasi dengan harga lebih murah,” ujar Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan kepada Bisnis, Rabu (18/9/2024).

Dia juga menyebut likuiditas juga diharapkan membaik, lantaran bank lebih mampu untuk menggalang dana pihak ketiga. 

Sementara itu, Direktur PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) Rita Mirasari mengatakan setelah penurunan BI Rate menjadi 6%, perseroan akan mengkaji ulang strategi bisnis. Adapun, pemangkasan hari ini dianggap sebagai peluang bisnis potensial bagi perseroan.

Meskipun penurunan suku bunga menjadi momentum bagi pertumbuhan kredit, dia menegaskan bahwa Bank Danamon tidak hanya bergantung pada hal tersebut untuk mendorong pertumbuhan kredit.

Bagi Rita, perseroan juga akan melihat kondisi ekonomi, permintaan dari nasabah, hingga peluang bisnis sebelum memutuskan langkah strategis berikutnya.

“Kredit itu juga kan harus dilihat dari opportunity, demand. Jadi enggak hanya dilihat hanya karena BI Rate turun, terus membuat kredit akan meningkat. Tentu, banyak aspek yang dilihat. Kita masih kaju seluruhnya,” ujarnya kepada Bisnis. 

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper