Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ikuti Jejak Agnez Mo, Perlukah Perusahaan BUMN Go International?

Meminjam istilah penyanyi Agnes Monica atau Agnez Mo, perusahaan pelat merah juga ingin go international dan melebarkan sayap ke luar negeri. Perlukah?

Bisnis.com, JAKARTA - Meminjam istilah penyanyi Agnes Monica atau Agnez Mo, perusahaan pelat merah juga ingin go international dan melebarkan sayap ke luar negeri. Perlukah?

Sejumlah perusahaan pelat merah yang melakukan ekspansi ke luar negeri menjelang pasar bebas Asean hendaknya mewaspadai adanya perang perdagangan atau trade war.

Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Budi Gunadi Sadikin mengatakan perusahaan banan usaha milik negara (BUMN) tidak perlu berekspansi ke luar negeri selama pasar dalam negeri belum kokoh.

Potensi pasar domestik dinilai paling besar bila dibandingkan dengan pasar industri di Asean. "Kita harus siap dulu di dalam negeri karena ini adalah pasar terbesar di Asean," ungkapnya, Selasa (26/8/2014).

Menurutnya untuk perusahaan-perusahaan tertentu, misalnya PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. memang perlu ekspansi ke luar negeri. Pasalnya, pangsa pasar di dalam negeri untuk industri telekomunikasi mulai jenuh.

Meskipun Mandiri juga go international, Budi menjelaskan pihaknya akan lebih berkonsentrasi untuk menggarap pasar domestik. Catatan Bank Mandiri, jumlah nasabah bank di Indonesia baru mencapai 50 juta dibandingkan jumlah penduduk sekitar 250 juta.

Potensi industri perbankan di Tanah Air, sambungnya, terbilang sangat besar. Dia khawatir saat semua pihak berkonsentrasi untuk berekspansi ke luar negeri, justru pasar di negeri sendiri dikuasai pihak lain.

"Itu yang terjadi sekarang. Saya bilang mesti hati-hati karena ini adalah trade war. Padahal di dalam negeri yang menguntungkan justru diambil sama orang lain," paparnya.

Analis PT Lautandhana Securities Willy Sanjaya ketika dihubungi secara terpisah mengamini pendapat Dirut Bank Mandiri. Emiten-emiten BUMN diharapkan dapat memperkuat sektor dalam negeri.

Dia menyarankan agar perusahaan-perusahaan milik pemerintah itu memperkuat sektor produksi di dalam negeri. Sektor infrastruktur dan konstruksi juga diharapkan dapat lebih diperkuat.

"Sektor energi saja digarap oleh asing. Dari sektor energi itu bisa mendapatkan pelajaran berharga agar infrastruktur dan konstruksi bisa diperkuat," ungkapnya.

Dia mengambil contoh perusahaan kelas dunia dipastikan telah kokoh di dalam negeri seperti Samsung dan Apple. Dari Indonesia, dia menilai baru Indomie yang dibuat oleh Indofood yang memiliki tingkat keterkenalan hingga dunia.

Seiring dengan perbaikan di dalam negeri, perusahaan-perusahaan juga secara bersamaan dapat berekspansi ke luar negeri. Menurutnya, perusahaan yang telah go international dinilai lebih menarik bagi investor.

Mantan Menteri BUMN Tanri Abeng mengatakan laba 138 perusahaan pelat merah masih kalah dibandingkan keuntungan Petronas, perusahaan milik pemerintah Malaysia yang mencapai US$20 miliar. Seluruh BUMN Indonesia tercatat hanya meraup laba bersih US$13,5 miliar.

"Satu BUMN Malaysia untungnya lebih tinggi dari 138 BUMN di Indonesia," paparnya.

Petronas, sambungnya, memiliki keunggulan karena pemerintah Malaysia memberikan kebebasan dalam menjalankan aksi korporasi secara global. Sehingga, Petronas bisa beroperasi di 32 negara hingga saat ini.

Perusahaan BUMN dinilai sulit melakukan langkah yang sama. Dia menilai perusahaan BUMN yang berekspansi ke luar negeri dipastikan akan rugi pada tahun pertama dan kedua. Namun, dinilai dari sisi hukum, hal tersebut akan dianggap sebagai kerugian negara.

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Gatot M. Suwondo mengatakan perusahaan BUMN harus siap menghadapi MEA yang akan dimulai pada 2015. Jumlah penduduk yang terbesar di Asean, Indonesia dinilai menjadi target empuk pasar bebas tersebut.

BNI Sendiri telah siap menghadapi MEA 2015 dan 2020 bagi sektor perbankan dengan menyiapkan sumber daya manusia (SDM), sistem perbankan hingga inovasi produk.

Menurutnya, perusahaan BUMN harus diberdayakan lebih maksimal agar perusahaan-perusahaan milik pemerintah itu lebih siap menghadapi MEA serta lebih kuat dari sebelumnya.

"Perusahaan BUMN bisa menembus pasar internasional serta siap menghadapi pasar bebas Asean," ujarnya.

Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Dwi Soetjipto mengatakan pihaknya telah berekspansi produksi di Vietnam dan pemasaran di enam negara. Saat ini, perseroan tengah membidik ekpansi ke Myanmar, Bangladesh dan sejumlah negara lain.

Dia mengisahkan ketika perseroan berencana untuk ekspansi ke Vietnan dengan membeli parbik Thang Long, dia dimaki-maki oleh DPR. Legislator menanyakan alasan emiten BUMN itu yang memilih 'membantu' perusahaan asal Vietnam itu.

"Ketika dimaki-maki, saya bilang enggak ada komentar. Kalau mau tanya, silakan diskusi, kalau enggak setuju silakan ganti dirutnya," paparnya.

Dia menjelaskan, terdapat sejumlah target yang bisa dipetik saat ekspansi ke luar negeri. Emiten berkode saham SMGR itu dapat memiliki pasar baru dibandingkan pangsa pasar yang telah ada di dalam negeri.

Kemudian, SMGR juga dapat memaksimalkan nilai saham dari para pemegang saham. Dengan melakukan ekspansi, margin keuntungan akan kembali meningkat dibandingkan di dalam negeri.

Perseroan juga harus mempertahankan market share di dalam negeri meski pada saat yang sama harus berekspansi. Produk dan layanan baru juga terus ditingkatkan untuk mempertahankan loyalitas konsumen. "Petakan yang mana oversupply dan mana yang kurang," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper