Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PERTUMBUHAN EKONOMI: Kredit Konsumsi Masih Jadi Andalan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berharap kredit ritel, terutama untuk sektor konsumsi pada tahun ini dapat meningkat guna menopang pertumbuhan ekonomi.
 Proyeksi pertumbuhan RI pada 2015 menurut berbagai pihak. / Bisnis
Proyeksi pertumbuhan RI pada 2015 menurut berbagai pihak. / Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berharap kredit ritel, terutama untuk sektor konsumsi pada tahun ini dapat meningkat guna menopang pertumbuhan ekonomi.

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad mengatakan pihaknya akan terus meningkatkan pertumbuhan kredit ritel, terutama kredit konsumtif karena akan lebih banyak mendorong pertumbuhan ekonomi di saat ekonomi global melemah dan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah terus mengalami penguatan.

"Kalau consumtion men-drive pertumbuhan ekonomi, saya kira, kemudian kredit-kredit lainnya akan meningkat," ucapnya di Jakarta baru-baru ini.

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia yang diterbitkan OJK, kredit konsumsi bank umum Tanah Air terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sepanjang tahun lalu, total nilai kredit konsumsi yang disalurkan bank-bank umum mencapai Rp1.013 triliun atau tumbuh 11,01% dari tahun sebelumnya yang senilai Rp912,51 triliun (year-on-year).

Direktur Bisnis PT BNI Syariah Imam Teguh Saptono menjelaskan pada dua kuartal terakhir perekonomian Indonesia sebagian besar didorong oleh pertumbuhan kredit konsumtif. Manurutnya, perekonomian nasional digerakkan oleh empat mesin, yakni konsumtif, belanja pemerintah, kegiatan ekspor impor, dan kegiatan investasi.

"Ekspor impor sedang kepukul dolar, belanja pemerintah anggaran enggak turun-turun. Sedangkan investasi dipengaruhi situasi politik, selama situasi politik belum stabil, investor masih wait and see. Jadi, masih mengandalkan konsumsi," ucapnya.

Lebih lanjut, Imam menuturkan pertumbuhan ekonomi tidak bisa selamanya ditopang oleh sektor konsumsi. Dirinya mengibaratkan, seharusnya pertumbuhan ekonomi digerakkan oleh empat mesin, saat ini hanya satu mesin. "Nanti, lama-lama capek," kata Imam. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper